Egrang, kelereng dan macam-macam permainan tradisional pun tersedia. Tungku perapian juga. Ketika anak anak bermain, warga membakar kayu siap untuk memasak. Di kampung dolanan itulah yang dapat dilihat. Lahan ukuran 100 meter × 20 meter itu, disulap memang untuk bermain anak. Lapang dan teduh menggambarkan lahan di tengah kota yang dinaubatkan sebagai kampung dolanan.
Kampung ini kembali bersinar. Sekitar enam bulanan, Kampung Dolanan tanpa dolanan. Karena pandemi covid-19. Keselamatan anak diutamakan. Kini aktif kembali. Menjadi salah satu dari 15 rangkaian festival budaya Disporapar Kota Malang. Termasuk kampung tematik yang diandalkan bisa menarik wisatawan.
Fauzan Rozikin didukung warga kampung Sumur Windu Polowijen, menginisiasi kampung dolanan ini. Sebagai lulusan perencanaan wilayah kota UB, dirinya mempunyai bekal untuk mengembangkan wilayahnya yang terkenal dengan kebudayaan. Dolanan Anak pilihannya.
“Simple mas, kita ingin mengurangi kecenderungan anak untuk bermain game di gadget. Kita imbangkan dengan permainan tradisional,” ujarnya.
Itu minatnya dalam mengembangkan permainan tradisional di kampungnya.
Tak hanya anak anak bisa bermain dengan puas. Ternyata orang tua dan masyarakat. Mereka dapat merasakan sensasi memasak tradisional dengan menggunakan tungku perapian yang disediakan oleh warga sumur windu. Mulai dari menanak nasi hingga memasak sayur dengan cara tradisional.
“Makanan dan jajanan tradisional sudah kami sediakan. Jadi selain anak-anak dapat bermain, orang tuanya dapat mengawasi sembari mencoba memasak secara tradisional,” tambahnya.
Pengunjung juga bisa bersantai dan menikmati sajian makanan seperti sawut, ketan, nasi jagung, jamu, wedang koka dan berbagai macam jenis makanan tradisional. Harganya cukup murah. Mulai dari Rp 2 ribu untuk jajanan pasar hingga Rp 10 ribu untuk makanan tradisional yang disajikan di atas daun pisang.
Apabila pengunjung ingin mengetahui proses memasak kampung dolanan punya “Rumah Pawon”. Sebutnya kepada DI’s Way Malang Post sembari menunjuk rumah yang terbuat dari anyaman bambu dengan atap daun tersebut
“Kami akan edukasi tentang rumah tradisional juga. Mulai dari bagian pawon, dan barang barangnya,” menurutnya
Festival kampung dolanan anak itu, dimulai kemarin, dengan lomba permainan tradisional. Seperti egrang bathok, lomba bangkiak, lempar kaleng, dan lompat tali dari karet gelang yang disusun hingga panjang. Pemenangnya mendapatkan salah satu aksesoris permainan tradisional dari kampung dolanan.
Pada malam hari pun dilakukan festival bebas, ada yang bermain permainan tradisional, bermain musik, atau ngobrol santai.
“Yah namanya juga festival dolanan jadi acaranya seperti dolanan aja,” gurau Fauzan.
Suasana santai dengan alunan musik Jawa diputar. Menambah suasana lawas di festival kampung dolanan tersebut. (nayoko siswindroyo-januar triwahyudi)