Malang Post – Puncak musim penghujan di Indonesia, berlangsung sepanjang Januari hingga akhir Februari. Hal tersebut ditandai dengan intensitas hujan semakin tinggi dan menyebabkan bencana banjir di beberapa wilayah di Jawa Timur.
Bencana banjir tak hanya merugikan secara materi. Juga menjadi salah satu ancaman penyakit bagi manusia. Diantaranya adalah leptospirosis.
Dr. Windhu Purnomo, dr., MS., Ahli Biostatistika dan Epidemiologik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), turut menanggapi persoalan tersebut.
Dr. Windhu menjelaskan, penyakit leptospirosis termasuk dalam penyakit zoonosis. Merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, ataupun sebaliknya. Agen dari penyakit leptospirosis yakni bakteri Leptospira.
“Bakteri Leptospira ini berbentuk lancip dan umumnya mereka tinggal di ginjal tikus. Hal ini sangat riskan jika tikus pipis di genangan air saat banjir. Hal ini dapat menyebabkan penularan bakteri leptospira dari hewan ke manusia,” tambahnya, dalam rilisnya (22/2/2024)
Ia menerangkan, bakteri leptospira sangat mudah untuk masuk dalam tubuh manusia terutama saat musim penghujan atau bencana banjir. Contohnya, kaki yang terkena genangan air saat hujan.
“Hal yang biasanya dianggap remeh, justru berpotensi tertular leptospirosis. Salah satunya, tidak memakai alas kaki jika terjadi banjir atau melewati genangan. Ditambah, jika ada luka akan mempercepat masuknya bakteri Leptospira didalam tubuh manusia,” jelasnya.
Dr. windhu mengimbau, saat ada genangan air atau banjir, sangat dianjurkan untuk memakai alas kaki yang tepat. Yakni, sepatu boots atau plastik penutup kaki. Baginya, dengan langkah sederhana tersebut dapat mencegah manusia untuk dapat terinfeksi leptospirosis.
Penyakit leptospirosis banyak dipandang sebelah mata karena dampak yang disebabkan penyakit tersebut tidaklah berat. Nyatanya, penyakit leptospirosis dapat menyebabkan kematian manusia jika tidak tertangani dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan yakni dengan deteksi dini.
Salah satu gejala yang kerap kali dialami oleh orang yang mengidap penyakit leptospirosis yakni demam yang tinggi, tubuh yang menggigil, mata yang kekuningan dan rasa nyeri-nyeri pada beberapa bagian tubuh. Jika mengalami gejala tersebut harus segera melakukan pemeriksaan lebih dalam.
“Sebenarnya orang yang terjangkit leptospirosis ini tidak memiliki kekhasan untuk gejala awalnya. Justru gejala yang timbul kerap kali memiliki kemiripan dengan penyakit lainnya. Maka demikian, jika sudah dirasa mengalami gejala tersebut sebaiknya langsung melakukan pemeriksaan oleh tenaga profesional,” ujarnya.
Ia menambahkan, karena tidak memiliki gejala yang signifikan dan cenderung memiliki kesamaan dengan penyakit lainnya. Orang yang terindikasi harus melakukan skrining tes untuk memastikan bakteri Leptospira terdapat dalam tubuh atau tidak.
“Salah satu tesnya yakni tes serologi dan polymerase chain reaction test atau tes PCR. Konsep PCR ini sama halnya dengan tes Covid-19. Tidak dapat sembarangan diagnosa untuk penyakit leptospirosis ini, membutuhkan tes yang akurat untuk mendiagnosa orang dengan leptospirosis,” tegasnya.
Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat menjelaskan, manusia lebih baik untuk mencegah sedari dini daripada mengobati. Menurutnya, dengan pencegahan secara dini dapat mencegah adanya keparahan yang timbul akibat telatnya penanganan yang tepat.
“Jika kita telat untuk melakukan pencegahan, dapat berisiko untuk timbulnya keparahan. Terdapat tiga hal dalam mengobati. Pertama dapat sembuh sempurna tanpa sisa. Kedua, sembuh namun masih terdapat sisa dari penyakit dan ketiga, tidak dapat sembuh dan mengakibatkan kematian,” ungkapnya.
Pencegahan leptospirosis dapat dimulai dari diri sendiri, dengan cara menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimanapun dan kapanpun, melakukan vaksinasi secara berkala dan memiliki gaya hidup yang sehat seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi dan olahraga yang rutin.
“Tak lupa, lingkungan yang bersih menjadi salah satu kunci dalam pencegahan leptospirosis. Lingkungan yang bersih tidak hanya membuat nyaman juga menciptakan kehidupan yang bersih dari penyakit,” tandasnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)