Malang Post – Kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswa, semakin marak terjadi di Kota Malang. Tak hanya sekali, sejumlah kasus bunuh diri terjadi yang melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Salah satunya terjadi pada saat pelaksanaan UAS (Ujian Akhir Semester) penghujung 2023. Salah satu perguruan tinggi di Kota Malang, menjadi saksi kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswanya.
Mengenai hal tersebut, Universitas Negeri Malang, sangat terbuka memberikan pelayanan konsultasi kepada sivitas akademika.
Dosen Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Dewi Fatmasari Edy, S.Psi., M.A, menjelaskan, UM mempunyai PBK3 (Pusat Bimbingan Konseling, Karir dan Kewirausahaan). Lembaga ini untuk memfasilitasi dosen, mahasiswa hingga tendik UM, dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
“PBK3 UM mengadakan berbagai kegiatan. Salah satunya penguatan konselor sebaya yang tergabung dalam Peer Counseling Corner (PCC).”
“Harapannya ada mahasiswa dari setiap fakultas, untuk mendampingi atau membersamai rekan yang membutuhkan pendampingan. Konselingnya bisa secara offline maupun online,” ungkap Dewi Fatmasari.
Menurutnya, UM perlu menyediakan wadah untuk konseling. Apalagi, mahasiswa yang ada di UM, tidak hanya mereka yang berdomisili atau menetap di Kota Malang.
Banyak mahasiswa perantauan, yang jauh dari orang tua. Fase mahasiswa baru, juga menjadi masa peralihan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) ke perguruan tinggi.
“Oleh karena itu, tidak jarang mahasiswa akan mengalami culture shock dengan segala perbedaan yang multikultural di kampus. Apalagi kesehatan mental itu memang perihal yang sensitif,” ungkap Dewi, Kamis (22/2/2024).
UM memberikan kontribusi dalam lingkup akademis, dengan upaya menguatkan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, penguatan dalam bidang pendidikan.
Terkait maraknya kasus bunuh diri ini, UM sangat terbuka memberikan pelayanan konsultasi kepada civitas akademik.
Dewi juga membagikan tips menangani teman dengan kondisi self harm. Langkah awal yang bisa dilakukan, dengan membuat teman itu menyadari bahwa ada orang di sekitarnya yang senantiasa peduli dan siap mendengarkan.
“Karena support system bagi mereka pelaku self harm itu sangat penting ketika self respect-nya sedang menurun. Lalu, hindarkan pelaku dari benda-benda tajam yang berpotensi besar digunakan untuk menyakiti dirinya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, penting bagi setiap manusia membangun self awareness, dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada dirinya. Supaya perilaku membandingkan diri dengan orang lain dapat ditekan seminimal mungkin.
“Kalau kata orang bijak, manusia itu harusnya membandingkan dirinya dengan yang kemarin. Bukan malah membandingkan dirinya dengan orang lain, yang tentu saja berbeda dari segi latar belakang, ekonomi, status sosial, prosesnya dan lain sebagainya,” pesan dosen Psikologi UM ini.
Setelah tahu soal self awareness dengan refleksi, perkuat diri dengan meningkatkan literasi bersumber rujukan yang benar. Langkah selanjutnya melakukan pengembangan diri atau self development.
“Menentukan arah maupun tujuan hidup akan lebih terasa mudah dengan kita menyadari apa kekuatan yang kita miliki,” katanya.
Dewi juga mengajak pada khalayak, agar membiasakan diri untuk berefleksi, mampu mengambil hikmah melalui kejadian yang ada. Dari kasus bunuh diri yang terjadi, perlu bagi seseorang agar semakin aware terhadap pentingnya melakukan penguatan terhadap diri sendiri.
“Meningkatkan daya survive, adversity, maupun resilience diri ketika sedang menghadapi masalah lalu bangkit kembali. Saya pun berpesan bagi yang sedang mengalami kesulitan menghadapi masalah, jangan ragu untuk meminta bantuan jika memang diperlukan,” tutupnya (M. Abd. Rahman Rozzi)