![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2021/07/Onny-Ardianto.jpg)
Jubir Satgas Covid-19 Kota Batu, Onny Ardianto. Annto.
Malang Post — Hari ke lima penerapan PPKM Darurat, Kota Batu malah terjun bebas ke zona merah persebaran Covid-19. Status ini diketahui dari rilis mingguan satgas Covid-19 Provinsi Jawa Timur.
Banyakan yang bertanya-tanya tentang status baru ini. Lantaran sudah diterapkan PPKM Darurat malah status zona persebaran Covid-19 malah naik. Memang untuk menilai keberhasilan penerapan PPKM Darurat masih terlalu dini.
Dengan adanya hal tersebut, Jubir Satgas Covid-19 Kota Batu, Onny Ardianto menerangkan. Untuk menentukan status zonasi persebaran Covid-19 ada 14 indikator yang digunakan. Salah satunya adalah ketersediaan BOR (bed occupancy rate) dan angka positif rate cenderung tinggi.
“Zona merah ini didapat karena ketersediaan BOR ICU dan Isolasi di RS rujukan Kota Batu belakangan ini telah terisi penuh. Selain itu angka positif rate juga masih di atas lima persen. Sedangkan standar dari WHO maksimal harus lima persen atau di bawahnya,” ujar Onny, Rabu (7/7/2021).
Selain itu, kata dia, zona merah ini belum bisa dikaitkan dengan keberhasilan penerapan PPKM Darurat. Lantaran PPKM Darurat baru saja berjalan lima hari.
“Zona merah dan kenaikan kasus yang cukup tinggi belakangan ini, karena hasil tes swab PCR yang dilakukan sebelum PPKM Darurat baru keluar setelah PPKM Darurat diterapkan. Karena dalam proses Swab PCR membutuhkan waktu lama, bisa sampai lima hari,” katanya.
Oleh karena itu, begitu selesai dilakukan Swab PCR hasilnya keluar bertepatan dengan penerapan PPKM Darurat. Sehingga ketika penerapan PPKM Darurat dilakukan secara otomatis persebarannya bertambah banyak.
“Bertambahnya kasus Covid- 19 yang cukup masif itu dimungkinkan karena adanya virus baru. Namun kami masih belum bisa memastikan. Lantaran hasil pengecekan di laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi masih belum keluar,” jelas Onny.
Dengan status zona merah persebaran Covid-19 yang di sandang Kota Batu saat ini. Agar Kota Batu bisa kembali ke zona oranye ataupun zona hijau persebaran Covid-19 di Kota Batu. Pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi.
Diantaranya, berkoordinasi dengan empat RS rujukan yang ada di Kota Batu agar bisa menambah bed tempat tidur. Sehingga ketersediaan BOR di RS rujukan bisa tetap tersedia.
“Selain berkoordinasi untuk melakukan penambahan tempat tidur isolasi di RS rujukan. Kami juga tengah intens berkoordinasi untuk penambahan ruang ICU di RS rujukan ,” jelas dia.
Onny mengungkapkan, penularan kasus Covid-19 di Kota Batu cukup masif terjadi pasca lebaran. Karena, meski ada larangan mudik saat hari raya Idul Fitri lalu. Masih ada sejumlah masyarakat yang nekat mudik, terutama setelah larangan itu dilonggarkan.
“Meledaknya kasus Covid-19 di Kota Batu masih didominasi oleh klaster keluarga. Selain itu juga ditengarai karena kontak erat dengan seseorang yang menderita Covid-19,” katanya.
Lanjut Onny, selain karena klaster keluarga dan kontak erat, meledaknya kasus Covid-19 di Kota Batu juga dikarenakan klaster tenaga kesehatan (nakes). Saat ini ada sekitar 68 nakes Kota Batu terkonfirmasi positif Covid-19. Para nakes tersebut tersebar di sejumlah layanan kesehatan. Mulai dari Dinas Kesehatan, Puskesmas dan rumah sakit.
“Suatu tempat bisa dikatakan klaster ketika di tempat itu terdapat lebih dari dua orang terdapat kontak erat dan dinyatakan positif Covid-19,“ tutup Onny. (yan)