Malang Post – Pengajian akbar diikuti ribuan jamaah dilangsungkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang, di area Wisata Petik Madu Lawang, Ahad (10/9/2023). Kepemimpinan responsif ala Rasulullah menjadi salah satu inti pesan dalam pengajian ini.
Dalam acara ini, materi pengajian disampaikan khusus KH Muhammad Jazir ASP, yang merupakan Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Turut menyampaikan pula sambutan dan tausiah, Ketua Pem Jawa Timur, Dr. dr Sukadiono, MM.
“Sifat kepemimpinan yang diajarkan Rasullulah itu ada tiga. Diantaranya, Nabi merasakan betul penderitaan yang dialami umat Islam waktu itu. Sangat memikirkan bagaimana mengentaskan penindasan yang dialami kaum Muslimin di Mekkah,” urai Sukadiono, Ahad (10/9/2023) siang.
Selain itu, lanjutnya, Rasulullah juga menekankan untuk saling menjadi solidaritas dan kekompakan, dengan saling mengasihi.
Dalam kesempatan ini pula, Sukadiono lalu mengaitkan dengan kepemimpinan profetik atau yang menerapkan sifat-sifat kenabian.
Salah satu sifat saling mengasihi ini, lanjutnya, diantaranya bisa diwujudkan dengan kebiasaan memberi, serta responsif atau peduli dengan kondisi masyarakat di lingkungan sekitar. Terlebih, terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Ditanya ideal pemimpin bangsa yang diharapkan warga Muhammadiyah, Sukadiono menegaskan, mengidealkan sosok pemimpin profetik dengan sifat kenabian siddiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan kebenaran dan kebaikan), dan fathonah (cerdas dan bijaksana).
Sementara, soal dukung mendukung dan pilihan politik, menurutnya dilakukan secara proporsional.
“Ya, warga Muhammadiyah itu tidak boleh apatis pada politik, dan tidak terlalu masuk (berlebihan) dalam dukung mendukung (pilihan politik). Apalagi, yang sampai menimbulkan perpecahan,” tandas Sukadiono.
Terlebih, terhadap warga Muhammadiyah yang menduduki kepemimpinan, ia mengimbau untuk tidak terlibat langsung dalam dukung mendukung pasangan capres-cawapres.
“Jihad politik Muhammadiyah tetap ada. Tetapi, seperti sudah ditegaskan Ketua PP Muhammadiyah, ketika menjadi tim pemenangan politik praktis, maka harus melepas baju (jabatan) kepemimpinan,” demikian pria yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini. (Choirul Amin)