Malang Post – Sebanyak 210 siswa, 35 siswi dan 14 orang ustadz ustadzah di SMP-SMA Al Hikmah Boarding School, Kota Batu. Diberikan pelatihan basic life support (BLS), atau penanganan kegawatdaruratan dini. Salah satu materinya adalah keterampilan pijat jantung pada manekin.
Pelatihan itu di inisiasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Departemen Anestesiologi dan Reanimasi. Berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Universitas Brawijaya.
Ketua Panitia, dr Anna Sirgean Veterini menyatakan, pelatihan itu diberikan agar seseorang mengenali tanda-tanda kegawatan dini yang mengancam nyawa. Sehingga bisa menangani kegawatan itu dengan cepat.
“Kami memberikan pelatihan ini kepada anak-anak SD, SMP, SMA dan masyarakat luas yang bukan dokter. Ini kami lakukan karena jika ada kegawatan, yang menangani terlebih dahulu adalah mereka. Orang terdekat dengan korban, bukan dokter,” tutur Anna, Sabtu (9/9/2023).
Dalam pelatihan itu, para instruktur terdiri dari para staf pengajar senior, peserta program pendidikan dokter spesialis Anestesiologi, peserta program pendidikan dokter sub spesialis Anestesiologi dan Reanimasi, dokter umum yang menunggu jadwal internship serta mahasiswa S1 semester 8 atau dokter muda.
“Pelatihan ini bertujuan untuk membekali seluruh civitas Al Hikmah Boarding School, dengan pengetahuan dan keterampilan penting menyelamatkan jiwa. Sehingga mereka bisa mengenali sejak dini tanda-tanda bahaya yang mengancam nyawa,” tuturnya.
Juga mengaktifkan alarm darurat dan melakukan bantuan hidup dasar. Hingga tim medis tingkat lanjut tiba. Sebab kejadian kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dapat menimpa siapa saja.
“Karena itu, masyarakat non medis harus mampu memberikan pertolongan pertama sebelum bantuan datang,” imbuh Anna.
Melalui pelatihan itu, para peserta dibekali ilmu tentang teknik-teknik penting penyelamatan nyawa. Termasuk resusitasi jantung paru (RJP) dan penggunaan AED yang banyak ditemukan di tempat-tempat umum.
Selama pelatihan itu, para peserta turut terlibat dalam sesi interaktif. Dipimpin langsung oleh instruktur berpengalaman yang membimbing mereka melalui skenario kasus darurat.
Setelah diberikan materi, para peserta langsung melakukan latihan dan simulasi praktis. Bertujuan untuk semakin meningkatkan pemahaman dan penerapan teknik penyelamatan jiwa.
“Setelah seluruh rangkaian pelatihan selesai. Para peserta juga menerima sertifikasi kelulusan, yang mengakui komitmen mereka dalam meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan di lingkungan mereka,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Anna juga menjelaskan, kenapa pelatihan tersebut menyasar ke sekolah-sekolah. Dia memberikan contoh, jika banyak peserta didik yang makan sambil bercanda dan akhirnya tersedak makanan.
“Orang tersedak itu bukan masalah sederhana. Kalau tidak segera ditolong bisa berakibat fatal. Karena itu, kami mengajari mereka cara sederhana untuk menolong. Yakni ditepuk punggungnya dengan metode yang benar,” jelasnya.
Selain mendatangi sekolah-sekolah, pihaknya juga rutin melakukan pelatihan kepada clining servis, security dan sejumlah masyarakat lainnya. Di Surabaya, pihaknya rutin mendatangi sekolah-sekolah di berbagai tingkatkan. Mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA.
“Bahkan di Surabaya, kepala Dinas Pendidikan kabarnya juga akan memasukkan pelatihan ini ke program akademik. Seperti pelajar-pelajar di Jepang,” ungkap Anna.
Sementara di Kota Batu dan kawasan Malang Raya lainnya. Pihaknya baru pertama kali ini melakukan pelatihan tersebut. Ke depan, dia berencana untuk menggelar pelatihan serupa di wilayah ini.
“Mari kita dukung kegiatan seperti ini. Dengan harapan bahwa setelah melakukan pelatihan ini, maka semua anak di Indonesia tahu dan mampu sebagai ‘first responder to save more life,” harapnya.
Untuk mengetahui efektivitas pelatihan tersebut. Pihaknya telah mendatangkan dua alat medis paling canggih. Lalu alat tersebut dia hubungkan dengan sistem pengukuran. Untuk mengetahui apakah anak SD, SMP dan SMA sudah cukup efektif dan kuat untuk melakukan pijat jantung.
“Setelah data kami kumpulkan. Ternyata anak-anak kecil ketika mereka dilatih bisa melakukannya,” tandasnya. (Ananto Wibowo)