
Umat Budah Vihara Dhammadipa Arama sedang melakukan parita yakni membaca kitab suci. (istimewa)
Malang-Post – Hari Raya Waisak 2565 TB jatuh pada esok hari, Rabu 26 Mei 2021. Waisak merupakan hari raya penting bagi umat Budha. Hari Raya Waisak mengingatkan pada tiga peristiwa suci yang terjadi pada Buddha Gautama (Guru Agung Buddha Gotama) yaitu kelahiran, pencerahan sempurna dan kemangkatan.
Di Vihara Dhammadipa Arama, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, peringatan Hari Raya Waisak mengusung tema Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa. Dengan tujuan semua makhluk hidup berbahagia.
Kepala Vihara Dhammadipa Arama, Buku Kanti Daro menjelaskan, cinta kasih itu berarti tidak ada kebencian. Tidak ada kata ingin menang sendiri. Serta tidak ada kata yang menjelekan orang lain.
“Dengan cinta kasih, manusia akan lebih mudah mengalah dan tidak serakah. Serta tidak menganggap dirinya paling benar. Jika ditemukan ada orang tersakiti, berarti itu tidak ada rasa cinta kasih,” jelas Buku Kanti Daro, kepada ameg.id, Selasa (25/5/2021).

Jika manusia memiliki rasa cinta kasih, mereka pasti mendoakan sesama agar lebih bahagia. Sehingga doa nya bertujuan untuk kesejahteraan bukan untuk menyebarkan kebencian. Selain itu, cinta kasih juga berarti tidak pelit. Jika punya sesuatu tidak dimakan sendiri. Namun juga dibagi dengan orang lain.
“Dalam cinta kasih, tidak ada pernyataan dirinya paling benar sedangkan yang lain salah. Karena cinta kasih ini membawa keluhuran bangsa. Sehingga menjadi bangsa yang luhur dan dicintai oleh semua bangsa,” ujar dia.
Kata dia, dengan cinta kasih tidak ada peperangan, tidak ada pertengkaran dan tidak ada permusuhan. Sehingga yang ada hanyalah persaudaraan. Dengan kerjasama yang kuat, dimana yang kuat membantu yang lemah. Itulah yang dinamakan cinta kasih.
“Tidak adanya cinta kasih karena nilai-nilai kehidupan agama tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh tidak adanya cinta kasih adalah masih adanya pencurian yang terjadi non stop dan anak-anak muda banyak yang berkelahi. Padahal para pemuda ini adalah penerus bangsa,” tuturnya.
Jika para penerus bangsa ini tidak disiapkan dengan moral terjaga. Maka keberadaan bangsa ini akan terancam. Padahal sejak dulu sudah ditancapkan Bhineka Tunggal Ika. Bermacam-macam tapi tetap satu tujuan.
Dia mencontohkan, bermacama-macam namun tetap satu tujuan itu seperti memakai pakaian. Ada bermacam-macam jenis pakaian namun tujuannya tetap sama, yakni menutup hal-hal yang tidak layak untuk dilihat.

Begitu pula dengan macam-macam suku yang ada di Indonesia. Meski ada banyak macam suku namun tujuannya sama. Dimana kemerdekaan yang sudah diraih saat ini bertujuan untuk keluhuran bangsa. “Betapa beratnya para pejuang dahulu disiksa oleh para penjajah. Hidup di negeri sendiri namun hasil buminya diusung oleh negara lain,” katanya.
Mestinya, kata Buku Kanti Daro, ketika bangsa ini sudah merdeka, seharusnya sudah benar-benar bebas dari penjajahan. Namun faktanya, saat ini malah dijajah oleh penguasa dalam bentuk korupsi. Walaupun saat ini sudah ada Polisi, Pengadilan dan penegak hukum lainnya. Tapi perkara tidak pernah sepi, oleh sebab itu, hal inilah yang membuat dia prihatin.
Menurutnya, bangsa yang luhur adalah bangsa yang rukun, damai, sejahtera dan tidak ada ketakutan. Meski begitu, saat ini masyarakat masih belum bisa menemukan hal-hal tersebut. Bagaimana tidak, baru saja mau pergi ke pasar sudah ada rampok. Sepeda motor baru diparkir sudah hilang.
“Orang seperti itu merupakan orang yang diberi pelajaran agama tapi tida di praktekkan. Karena tida ada agama yang mengajarkan untuk mencuri, merampok ataupun korupsi,” tandasnya. (yan)