Pariwisata mulai menunjukkan geliatnya. Terlihat dari banyaknya wisatawan domestik yang mengunjungi tempat wisata. Ditandai dengan pertumbuhan ekonomi kuartal III sektor ini yang meningkat dari kuartal II. Ditengah grafik yang menaik, terjadi lonjakan kasus corona. Berdasarkan catatan Satgas Penanggulangan Covid-19, pertumbuhan positif mencapai puncaknya pada 13 November 2020. Dengan memecahkan rekor sebanyak 5.444 kasus positif, dari sebelumnya yang hanya 2.000-3.000 kasus per hari.
Timbulnya rekor baru tersebut disebabkan salahsatunya akibat libur panjang dan kerumunan yang mengabaikan protokol kesehatan. Hal ini merupakan warning bagi pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. Bahwa mengharapkan masyarakat untuk taat dengan sendirinya tidaklah mungkin. Harus terciptanya sistem yang bisa membuat situasi berwisata tetap mengadaptasi kebiasaan baru dengan baik, agar tidak menjadi sasaran klaster penyebaran virus.
Hal tersebut merupakan ironi ditengah usaha meningkatkan lapangan usaha yang terpuruk karena pandemi. BPS mencatat kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) di Jawa Timur September turun 16,67 persen dari bulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan periode sama di 2019, maka mengalami penurunan 99,90 persen. Karena mewabah seluruh dunia, sehingga lalu lintas orang dari luar negeri untuk berwisata menjadi minim. Berimbas pula pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang yang turun 1,61 poin dari bulan sebelumnya. Dari 100 kamar seluruh hotel berbintang, hanya 32 yang terjual setiap harinya pada bulan September.
Karena pandemi, terjadi perlambatan perekonomian secara global. Untuk Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi kuartal ini terkontraksi 3,75 persen dibandingkan tahun lalu. Hanya sektor Informasi dan Komunikasi, Jasa Pendidikan, Kesehatan dan kegiatan sosial yang bertumbuh. Untuk komponen lainnya mengalami kontraksi. Lapangan usaha Penyedia Akomodasi dan Makan Minum sebagai salahsatu penyangga pariwisata mengalami kontraksi 12,23 persen.
Selain penyedia akomodasi, perdagangan dan transportasi juga merupakan komponen yang membentuk pariwisata. Kombinasi ketiganya akan membentuk satu paket wisata. Dimana kita akan mengunjungi destinasi, dengan sarana apa kita menuju kesana, perlu menginap ataukah tidak. Setelah makan atau berkuliner, tentu kita berpikir berbelanja mendapatkan buah tangan untuk kenang-kenangan. Sehingga terjadilah suatu perputaran uang yang merupakan nilai tambah untuk tiga sektor tersebut.
Keseluruhan nilai tambah tersebut akan membentuk PDB (Produk Domestik Bruto). Perkembangan PDB dalam satu periode identik dengan pertumbuhan ekonomi. Apakah semakin membesar ataukah mungkret (mengecil dalam bahasa Jawa), seperti saat ini pertumbuhan ekonomi kita mengalami kontraksi. Agaknya memang sektor ini tidak dapat berjalan cepat, cukup perlahan saja. Perlu menoleh ke kanan atau kiri lewat spion untuk melihat pergerakan lawannya, yakni Covid-19.
Meskipun hanya perlahan saja, mirip lagu yang dinyanyikan Guyon Waton, tetapi perlu juga kita melihatnya. Apalagi terjadi fenomena liburan di akhir oktober lalu dan akan terjadi juga di akhir tahun nanti. Kombinasi adanya tanggal merah dan cuti bersama membentuk formasi liburan. Seperti Natal dan Tahun Baru di bulan Desember nanti. Walaupun pemerintah menghimbau untuk stay at home, namun tetap saja animo berlibur masyarakat tetap tinggi.
Berlibur memang sesuatu yang menyenangkan. Deretan hari libur akan membuat keluarga merencanakan bepergian menuju destinasi wisata atau sekedar mengunjungi sanak saudara. Adanya pendidikan daring, kerja dari rumah membuat kejenuhan tersendiri. Keluarga memerlukan refreshing atau relaksasi agar kembali segar dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
Adanya liburan akan menjadi semacam booster untuk sektor pariwisata. Roda ekonomi akan bergerak lebih cepat setelah terpuruk dan terbenam dalam badai corona. Setelah beberapa bulan dalam keprihatinan, maka akan mendapat sedikit angin segar. Karena bagaimanapun jutaan penduduk juga menggantungkan hidupnya di lapangan usaha ini.
Mesin pariwisata ini memang perlu dihidupi agar tidak semakin dingin. Pelaku usaha wisata, pemilik hotel, restoran, warung, pedagang, pengusaha angkutan perlu mendapatkan nilai tambah lagi supaya dapur di rumahnya tetap ngebul. Agar kehidupan dalam ekonomi dan kesejahteraan bisa terus berlanjut. Pemerintah perlu membantu dan berupaya untuk mengurangi banyaknya masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
Setidaknya, harapan itu masih ada, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kuartal III ini menunjukkan secercah harapan. Perekonomian dapat tumbuh 5,89 persen dari kuartal sebelumnya. Jalur ekonomi sudah berada pada jalan yang benar, agar nanti di Tahun 2022 ekonomi Indonesia kembali normal. Penyedia Akomodasi dan Makan Minum tumbuh 9,71 persen, perdagangan 7,17 persen, Transportasi dan Pergudangan tumbuh 21,34 persen.
Ramainya pengunjung tempat wisata banyak terjadi di berbagai tempat. Hasil wawancara singkat dengan salahsatu pedagang kios Wisata Bung Karno Blitar, pendapatan pedagang kini mulai pulih. Dari zero omset karena penutupan wisata, mulai ada pendapatan ratusan ribu, hingga kini saat liburan bisa meraup omset minimal satu juta rupiah per harinya. Belum lagi perputaran uang yang lain, pemilik kios/toko yang lebih besar, penginapan, pemilik warung, tukang parkir, becak wisata, dan sebagainya.
Melihat fakta tersebut, tentu kita merasa senang sekaligus khawatir. Senang karena kunjungan wisata semakin banyak, pelaku usaha juga tersenyum karena pendapatan meningkat. Tapi sekaligus khawatir, akankah protokol kesehatan sudah bisa dilaksanakan dengan baik. Saat kondisi wisatawan yang membludak, tentu jarak sosial yang aman sulit untuk dikondisikan. Belum lagi dengan karakter masyarakat kita, ada yang abai dan juga taat dalam melaksanakan kebiasaan baru.
Momen liburan akhir bulan Oktober kemarin haruslah menjadi pelajaran penting. Jangan sampai jatuh dua kali di lubang yang sama. Masih ada liburan akhir tahun yang menanti. Kelihatannya ketertarikan berwisata dan bepergian masyarakat masih cukup tinggi. Stakeholder perlu mewaspadai agar lonjakan kasus Covid-19 tidak terulang kembali.
Penulis : Gunawan Wibisono (Statistisi BPS Kabupaten Blitar)