
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk berkomunikasi bahasa sangatlah beraneka ragam. Ada bahasa daerah, bahasa nasional dan adapula bahasa gaul. Penggunaan bahasa juga disesuaikan dengan keadaan dan dengan siapa kita berbicara. Menurut Hartman dan Sork (1972), membedakan ragam bahasa berdasarkan beberapa kriteria : (1) latar belakang geografi dan sosial penutur, (2) medium yang digunakan dan (3) pokok pembicaraan. Ragam bahasa menyangkut pribadi penuturnya, seperti : usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, ekonomi dan sebagainya.
Bahasa gaul saat ini sedang marak digunakan dikalangan remaja dalam berkomunikasi baik di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari. Bahasa gaul merupakan bahasa tidak resmi yang terus digunakan dari waktu ke waktu dan terus mengalami perubahan yang unik dan variatif. Menurut Lumintaintang (1998), data bahasa Indonesia lisan fungsional memperlihatkan adanya pemakaian tuturan yang dipengaruhi oleh bahasa asing, seperti : OTW (On The Way) yang berarti sedang di jalan, shopping yang berarti berbelanja, OMG (Oh My Good) yang berarti ya tuhan dsb. Pemakaian bahasa asing ini sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari karena penuturnya akan terkesan lebih bergengsi dan keren.
Bahasa gaul sering digunakan dalam media sosial seperti facebook, twitter, instagram, whatsapp dll. Menurut Sumarsana dan Partana (2012), berdasarkan bentuknya bahasa gaul dikategorikan menjadi beberapa jenis bahasa slang yakni : (1) jargon, (2) prokem, (3) cant, (4) argot dan (5) colloqial. Dalam media sosial twitter hanya terdiri dari 3 jenis bahasa salang yakni jargon yakni ungkapan atau ekspresi yang berupa kata atau kalimat yang dipopulerkan oleh orang terkenal, prokem yaitu bentuk bahasa slang yang proses pembentukannya dengan cara menyisipkan, membalikkan kata, akronim dsan singkatan perubahan vokal dan bunyi serta suplesi dan colloqial yaitu bahasa non formal atau tidak resmi.
Contoh penggunaan jargon “ rasa mienya mantap jiwa” kata mantap jiwa berarti enak sekali, konteks penggunaan kata tersebut ketika Jerome mengunggah foto ramen di twitter, saat itu Jerome sedang menikmati makan siangnya di salah satu restoran terkenal di Jepang. Jargon ini dipopulerkan oleh Jerome Poline di akun twitternya kemudian penggunaannya meluas di kalangan anak muda. Contoh prokem “sombong banget sih, palingan juga OKB” kata OKB merupakan prokem yang berarti orang kaya baru. Peristiwa ini terjadi saat ada wanita yang mengunggah video sedang nongkrong bersama teman-temannya di salah satu mall di Jakarta. Kemudian banyak netizen di kolom komentar twitter berkata demikian. Contoh colloqial “ngaps sih orang-orang itu” kata ngaps merupakan colloqial yang berasal dari kata ngapain yang dimaksudkan agar komunikasi bahasa lebih ringkas dan praktis, selain itu dapat menimbulkan kesan akrab dan santai. Hal ini terjadi di twitter saat ada video jumpa fans yang diselenggarakan oleh artis Tiktok, salah satu orang berkomentar seperti itu.
Maraknya penggunaan bahasa gaul dewasa ini terutama di jejaring sosial terutama Twitter juga banyak menimbulkan banyak kerugian, salah satunya menurunnya kesadaran anak muda dalam menngunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka akan menjadi bingung ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baik seperti pada saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, sebab mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa gaul. Adanya fenomena ini dikhawatirkan akan membuat penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidahnya akan perlahan-lahan pudar. Sebagai generasi muda, alangkah baiknya jika kita melestarikan dan membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan kaidahnya. Menggunakan bahasa gaul boleh saja, namun jangan berlebihan karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Penulis : Rizka Chandra Puspitasari ( Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang )
Wah tulisan yang bagus dan mengunggah minat sekali. Penulis patut untuk di apresiasi. Jarang ada pemudi yang mau berpikir kritis seperti ini. Salut,, 👍👍👍