MALANG POST -Universitas Brawijaya (UB) menggelar Seminar Hari Santri pada Rabu (23/10/2025) di Gedung Samantha Krida, yang sekaligus menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-63 perguruan tinggi tersebut.
Kegiatan kali ini bertema, “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Nampak hadir sejumlah pejabat penting, termasuk Menteri Haji dan Umrah Republik Indonesia, KH. Dr. Mochammad Irfan Yusuf Hasyim, M.M.
Hadir pula dalam acara ini Rektor UB Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D., Med.Sc.; Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan Ketua Panitia Dies Natalis ke-63 Prof. Dr. Hamidah Hayati Utami, S.Sos., M.Si.; serta Ketua Komisi II DPR RI Dr. Muhammad Rifqinizamy Karsayuda.
Dalam sambutannya, Prof. Hamidah Hayati Utami menilai momentum Hari Santri yang dipadukan dengan Dies Natalis ke-63 sebagai saat yang tepat bagi UB untuk memperkuat nilai religius dalam dunia akademik.
“Melalui peringatan Hari Santri yang dirangkaikan dengan Dies Natalis ke-63, Universitas Brawijaya ingin menunjukkan bahwa kampus tidak hanya tumbuh secara intelektual, tetapi juga spiritual,” ujar dia.
Ia menegaskan komitmen UB untuk menjadi universitas unggul yang berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Rektor UB, Prof. Widodo, menekankan peran santri dalam menjaga keseimbangan antara ilmu, amal, dan akhlak di tengah derasnya arus disrupsi teknologi.
“Santri adalah role model bagi masyarakat karena mampu menjaga keseimbangan antara intelektualitas dan moralitas. Di era disrupsi teknologi ini, kita perlu ruang tumbuh yang menguatkan mental dan moral generasi muda,” tuturnya.

Menteri Haji dan Umrah Republik Indonesia, KH. Dr. Mochammad Irfan Yusuf Hasyim, M.M. (Foto: Istimewa)
Menteri KH. Irfan Yusuf Hasyim menyinggung makna mendalam Hari Santri dan sejarah Resolusi Jihad. Ia mengingatkan agar makna tersebut tidak tertutupi oleh penetapan Hari Santri setiap 22 Oktober.
“Hari Santri justru harus menjadi pengingat semangat jihad yang melahirkan kemerdekaan Indonesia. Jihad masa kini bukan lagi perang fisik, melainkan perjuangan melawan kebodohan dan kemiskinan,” katanya.
Ia mengajak santri untuk berjihad dengan ilmu, kerja keras, dan manfaat bagi berbagai bidang, serta menyebar ke berbagai daerah.
KH. Irfan Yusuf Hasyim juga membahas penyelenggaraan ibadah haji, menyoroti efisiensi dan transparansi penggunaan dana haji. Ia menyebut kemajuan diplomasi santri dalam memperbaiki biaya akomodasi haji dari 2.300 riyal menjadi sekitar 200 riyal melalui negosiasi dengan Arab Saudi.
Ia juga menyinggung isu kuota haji yang akan disesuaikan dengan antrean, populasi muslim, serta keseimbangan wilayah. Selain itu, ia menyampaikan kekhawatiran terkait kesehatan jamaah haji Indonesia, mencatat sekitar 65 jamaah wafat di pesawat dan 30 orang meninggal sebelum Arafah tahun ini, menunjukkan pentingnya kesiapan fisik jamaah.
Ketua Komisi II DPR RI, Dr. Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, menyoroti konsep jihad kekinian dalam konteks pembangunan nasional. Ia menyinggung pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tentang pentingnya keluar dari paradoks Indonesia menuju kemandirian pangan.
Seminar Hari Santri di UB diharapkan menjadi refleksi bagi kalangan akademik untuk menumbuhkan semangat keilmuan yang berakar pada nilai keislaman. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan santri dinilai penting untuk memperkuat UB sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang berlandaskan moral dan kebangsaan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




