MALANG POST – Wisudawan terbaik dari Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Risca Rara Pamudita,S.Keb merasa hidupnya lebih bersyukur setelah menjadi relawan Yayasan Orang Dengan HIV (ODHIV).
Meskipun hanya tiga bulan menjadi relawan ODHIV, dia merasa semakin bersyukur karena telah memilih jurusan kesehatan. Lantaran bisa lebih dekat dengan mereka. Karena ternyata mereka lebih suka apabila tidak dipandang sebagai seseorang yang sakit. Namun dianggap sebagai teman biasa.
“Menjadi relawan juga membuat saya semakin menghargai orang-orang yang ada di sekitar saya”, urainya
Risca menambahkan selama berinteraksi dengan ODHIV, ternyata mereka sangat pro-aktif ketika diajak berinteraksi. Namun apabila ada perkataan yang menyebut diri mereka penderita HIV itu akan menambah jarak yang sudah dibangun sebelumnya.
“Saya ingat ketika kita bermain bersama dalam sesi ice breaking. Saat itu kita bisa tertawa bersama. Kemudian waktu pemeriksaan VCT online sewaktu masih covid dulu itu juga menambah pengalaman. Meskipun saya tidak turun langsung selama proses pemeriksaan. Meskipun begitu tanggapan mereka sangat positif,” katanya.
Selain menjadi relawan, selama kuliah di FK UB, Risca juga aktif dalam berbagai organisasi internasional seperti Asian Medical Students’ Association (AMSA) dan Medical Students’ Committee for International Affairs (MSCIA ) organisasi internal FK. Dimana untuk AMSA dan MSCIA sendiri ini memiliki anggota dari seluruh prodi di FK dan terkadang kegiatan yang diselenggarakan berskala internasional namun masih dalam bidang kesehatan.
“Kemudian ketika masuk di semester 5-6, saya mengikuti organisasi bernama ARMABI yaitu organisasi yang beranggotakan mahasiswa kebidanan saja. Di sini saya lebih mendalami atau memahami peran kebidanan yang bisa dilakukan ke masyarakat ataupun kegiatan berbau kebidanan lebih dalam lagi.”
“Selain itu, di sela sela proker organisasi saya juga mengikuti beberapa volunteer yang diselenggarakan. Namun lebih banyak mengarah kepada pengabdian masyarakat seperti acara seperti acara baksos atau pemeriksaan gratis,” katanya.
Meskipun mempunyai banyak beragam aktifitas, Risca mempunya strategi untuk membagi waktu antara belajar dan kegiatan lain.
“Kalau dari saya sendiri untuk belajar lebih banyak saya habiskan memang pada jam kuliah, jadi mulai pagi-sore sesuai jadwal kuliah di FK saya gunakan untuk memperhatikan materi dosen selama proses belajar mengajar, mengerjakan tugas atau review materi.”
“Karena tipe belajar saya bukan yang terus menerus belajar. Namun memperhatikan penjelasan dari dosen terlebih dahulu. Setelahnya, apabila memang masih merasa kurang akan saya gali informasi sendiri dengan mencari sumber buku perpustakaan UB atau dari jurnal. Namun juga tetap diiringi dengan hal-hal yang saya sukai bukan hanya monoton belajar saja.
“Sedangkan kegiatan lain saya prioritaskan setelah akademik. Menurut saya dengan memaksimalkan waktu selama jadwal kuliah lebih membantu saya untuk bisa membagi waktu lebih baik antara belajar dengan kegiatan kampus yang lain karena setelahnya akan mendapatkan waktu senggang yang lumayan banyak juga,” katanya. (ADV-M Abd Rahman Rozzi-Januar Triwahyudi)