![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-19-at-14.53.57-1024x615.jpeg)
MASAK: Warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, saat memproduksi kue kering. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Malang Post – Ramadan 1445 H. Beragam kegiatan masih terus berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Malang. Mulai dari mereka yang khusyuk berdoa, hingga semangat menjalankan kegiatan sehari-hari.
Senyum selalu tersungging, kala ada petugas atau tamu yang hadir. Sopan santun menjadi sebuah keharusan, di tempat yang dianggap sarang penyamun.
Padahal sedikitnya 443 orang warga binaan, dengan beragam latar belakang berbeda, di Lapas Perempuan yang juga menampung warga binaan dari seluruh penjuru Indonesia.
Terlihat berkah Ramadan, juga terasa di Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II A Malang tersebut. Bagaimana tidak, mereka juga terlihat semangat untuk memperbanyak amal dan ibadah di bulan suci Ramadan.
Salah satu yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan pembinaan rohani tadarus Al-Qur’an.
Kegiatan ini, juga bagian dari bentuk pelayanan yang diberikan oleh Lapas Perempuan Malang, kepada WBP untuk melaksanakan ibadah selama bulan Ramadan.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih menjelaskan, sangat penting menjaga harmonisasi para penghuni. Untuk menciptakan rumah bersama yang jauh dari huru hara.
“Karena tak sekadar memenjarakan mereka yang bersalah. Tetapi Lapas menjadi sekolah agar setelah ‘lulus’, para siswanya tak lagi hilang arah,” jelasnya.
Apalagi selama Ramadan, tambahnya, bagi yang muslim lebih digiatkan lagi tadarus Al-Qur’an. Dipusatkan di aula Kartini Lapas Perempuan Malang dan rutin dilakukan setiap hari.
“Tidak ada target khusus, bagi WBP yang mengikuti tadarus Al-Qur’an. Namun, bagi WBP-WBP tertentu (yang ilmu agamanya sudah tinggi), dalam sehari bisa menyelesaikan 4 – 5 juz,” jelasnya.
Yunengsih berharap, kegiatan tadarus Al-Qur’an ini, dapat memberikan manfaat yang besar bagi WBP Lapas Perempuan Malang.
Pun dengan berbagai pembinaan yang diberikan, lanjutnya, diharapkan bisa menjadi bekal para warga binaan, agar mampu tetap mandiri dan berdaya, saat kelak kembali ke tengah masyarakat.
“Ada dua pembinaan pokok di lapas ini. Pembinaan kemandirian dan kepribadian. Untuk pembinaan kemandirian, kami bekerja sama dengan beberapa stakeholder. Seperti Balai Latihan Kerja (BLK) dan pihak swasta juga,” jelasnya.
![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-19-at-14.53.01-1024x614.jpeg)
BERKARYA: Sejumlah WBP Lapas Perempuan Kelas II A Malang, saat mengikuti kegiatan pembinaan kemandirian. Yaitu merajut peci rajut di ruang kerajinan Lapas Perempuan Kelas IIA, Sukun. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Pembinaan kemandirian yang diberikan merupakan keterampilan. Seperti merajut, menjahit, ecoprint, membuat peralatan rumah tangga dan mengolah aneka makanan.
“Sehingga skill mereka bisa tersalurkan dan alhamdulilah, juga kerap mendapat pesanan dari luar. Bahkan kopiah rajut sudah memiliki langganan.”
“Selain mendapat keterampilan, mereka pun mendapat penghasilan, berupa premi yang bisa dimanfaatkan untuk dirinya sendiri, ataupun untuk persiapan mereka saat pulang bebas nanti,” terangnya.
Ragam kegiatan yang ada di lapas, juga menepis bahwa kehidupan warga binaan di Lapas hanya makan dan tidur.
Banyak kegiatan pemberdayaan yang diberikan di Lapas, untuk mengembangkan bakat dan minat warga binaan.
Selain pelatihan keterampilan, warga binaan juga bisa mengembangkan potensi seperti berlatih band, tari, hingga gamelan.
“Kami mohon dukungan, saat mereka kembali ke masyarakat, akan lebih baik dan berdaya guna lagi, ketika masyarakat ikut mendukung mereka. Menghapus imej negatif, sehingga malah membuat mereka melakukan pelanggaran lagi,” pungkas Yunengsih. (M. Abd. Rahman Rozzi)