![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2022/04/IMG-20220404-WA0001-1024x768.jpg)
Malang Post – Warga RW 1 di kawasan Kayutangan Heritage, sekaligus seorang pedagang, Mamik (47), menyatakan, kondisi berjualan di dalam kampung, dipastikan kurang menjanjikan.
“Selama tiga tahun berjualan takjil di kampung sini (Heritage), hanya melayani warga masyarakat. Bukannya membaik, tapi kian merugi,” kata Mamik kepada Malang Post, Minggu (3/04/2022).
Bagaimana tidak merugi, Mamik menegaskan, pihaknya bersusah payah mengupayakan masakan matang. Guna melayani segala kebutuhan takjil warga secara variatif. Dengan harapan warga bisa membeli. Tapi yang terjadi,
Dagangan yang sudah dipersiapkan sejak siang hari.
Pikirnya warga bakal membeli dengan laris manis. Yang terjadi, warga keluar ke jalanan. Membeli takjil di tepi jalan tersebut.
“Walaupun nantinya ada Pasar Takjil, sepertinya biasa saja dan gak pengaruh apa-apa bagi warga.
Gembar-gembor destinasi wisata kampung heritage, tapi nihil dukungan.”
“Kecuali Pemkot Malang (Disporapar) mau mendukung penuh. Melalui gencar promosi sekaligus pemberdayaannya.
Karena kalau warga boleh memilih, lebih suka berjualan di tepi jalan. Saat ini jalan ditutup, jualan di dalam kampung. Gak bisa membayangkan seperti apa,” tukas Mamik.
Lain halnya disampaikan Helmi Ferdiansyah, warga RW 9 Kauman. Sosialisasi rencana pembukaan Pasar Takjil belum merata. Daftar dan teknisnya seperti apa, warga sebagian belum tahu.
Mestinya, kata dia, Disporapar menseriusi menggaungkan destinasi wisata Kayutangan Heritage lebih heboh lagi. Karena pasca diresmikannya, tidak memberikan perubahan apapun di kampung sini.
“Jujur jualan di kampung, kendati jauh dari harapan. ada saja yang beli. Akan tetapi, efektifitas peningkatan ekonomi warga masih jauh. Ada Pasar Takjil nantinya, semoga memberikan nilai tambah,” imbuh Helmi.
Kepala Disporapar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni menginformasikan, selama bulan Ramadan di Kayutangan Heritage. Setiap Sabtu dan Minggu, kawasan tersebut dihadirkan musik.
“Kita datangkan tiga kelompok musik religius (hadrah), ditambah musik etnik. Dimana kawasannya pun ditutup oleh aparatur keamanan,” ucap Ida Ayu.
Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang, Arif Wahyudi menandaskan, adanya wacana Pasar Takjil di Kayutangan Heritage, pada intinya sepakat. Namun jika digelar di dalam kampung, tentunya hanya bersifat lokal.
“Untuk itu, trotoar yang ada di kawasan Kayutangan, kenapa tidak dimanfaatkan buat kebutuhan Pasar Takjil dan ditata sedemikian rupa. Sekaligus dilakukan penutupan kawasan tersebut, sehingga hasilnya totalitas. Berimbas pada perekonomian warga sekitar,” tandasnya (Iwan – Ra Indrata)