
Malang Post – Tragedi Kanjuruhan, tak hanya begitu cepat mendunia. Insiden memilukan yang terjadi hanya beberapa menit, setelah laga kompetisi Liga 1 2022/2023 Arema FC versus Persebaya Surabaya usai, Sabtu (1/10/2022) malam lalu.
Tragedi Kanjuruhan sementara ini sampai dengan 4 Oktober 2022 kemarin, tercatat 125 meninggal. (Data lain ada yang menyebut 131 meninggal). Didominasi Aremania-Aremanita yang masih di bawah 17 tahun. Dua diantaranya personil kepolisian dari luar Malang Raya. Teridentifikasi 323 korban masih harus menjalani perawatan medis intensif. Baik karena luka ringan maupun luka parah.
Pemerintah pun bergerak cepat. Tak hanya sebatas Presiden Joko Widodo memberikan santunan Rp50 juta untuk setiap ahli waris korban meninggal dunia. Juga membentuk TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta). Diketuai Menko Polhukam, Prof Mahfud MD. Berikut 10 anggota dari pelbagai latar belakang. Guna menguak Tragedi Kanjuruhan hingga tuntas paling lama dalam satu bulan ke depan.
“Hasil dari TGIPF, akan kami serahkan kepada Presiden, untuk penilaian kebijakan olah raga nasional. Terutama sepak bola. Mungkin saja dari hasil TGIPF ini, ditemukan pelaku-pelaku tindak pidana selain yang telah ditangani oleh Polri secara pro yustisia.
Kan mungkin saja, nanti ditemukan hal yang sesudah diselidiki ini, ada tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang lebih besar bukan pelaku lapangan, mungkin ya mungkin,” ujar Menkopolhukam RI, Mahfud MD dalam sesi virtual press conference bersama awak media.
“Atau kesalahan yang sengaja dilakukan orang yang ada di balik yang sekarang terlihat itu. Nah, ini nanti tentu akan disalurkan lagi ke Polri, untuk diproses secara hukum. Kalau misalnya permainan itu karena uang dan itu menyangkut jabatan bisa saja nanti diserahkan ke KPK juga, bisa, itu nanti kita lihat saja.”
Namun di balik itu semua, catatan sejarah kelam persepakbolaan dunia dalam enam dekade atau 60 tahun terakhir ini. Ada tiga kejadian mengenaskan yang memakan korban jiwa hingga di atas angka 100 orang. Ketiganya sama-sama berawal dari kekecewaan besar setelah tim kebanggaannya kalah.
Korban jiwa yang berjatuhan, juga sama-sama dominan dihinggapi kepanikan luar biasa. Saat aparat keamanan mulai bereaksi mengahalaunya. Diantaranya menembakan gas air mata. Baik ke tengah lapangan maupun tribun penonton. Sehingga diantara mereka sembrurat berlarian menyelamatkan diri. Saling berdesak-desakan dan beberepa terinjak-injak.
Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 125 korban meninggal dunia, menjadi peristiwa terbesar ketiga di dunia dalam jumlah korban jiwa. Tak heran kemudian menjadi konsumsi pemberitaan nyaris semua media di penjuru dunia. Bahkan mereka merasa perlu mengirimkan tim khusus awak medianya ke Malang.
Peringkat pertama Tragedi Estadio Nacional, stadion di Lima ibukota Peru pada tanggal 24 Mei 1964 silam. Tercatat 328 orang pendukung dan ofisial Timnas Peru berikut beberapa personil keamanan serta petugas lapangan tewas.
Laga dihentikan pada menit 84, saat Timnas Peru tertinggal 0-1 dari Argentina. Dalam babak kualifikasi Olimpiade Tokyo 1964 Zona CONMEBOL (Confederacion Sudamericana de Futbol) 43 ribu penonton tuan rumah, bereaksi keras atas terciptanya gol tim tamu Argentina. 328 orang meregang nyawa, juga karena panik dan terinjak-injak setelah aparat keamanan menghujani gas air mata.
Tragedi Accra Sport Stadium pada tanggal 9 Mei 2001 silam, ada di urutan kedua korban jiwa terbanyak. Penonton tewas 127 orang dari total jumlah penonton 25 ribu yang ada di Accra Sport Stadium (Accra, Ghana).
Saat tuan rumah Accra Hearts of Oak SC unggul 2-1 atas tamunya Asante Kotoko SC 2-1 hingga menit ke-75. Sisa 15 menit tak dilanjutkan, lantaran terjadi kericuhan antar kedua belah pihak suporter tim yang bertanding. Imbasnya aparat keamanan menyemburkan gas air mata yang membuat mereka panik dan berjatuhan. (Aria Cakraningrat – Ra Indrata)
10 Tragedi Sepak Bola Terbesar
- Estadio Nacional (Lima, Peru 24 Mei 1964, 328 tewas)
- Accra Sport (Accra, Ghana 9 Mei 2001, 126 tewas)
- Stadion Kanjuruhan (Malang, Indonesia 1 Oktober 2022, 125 tewas)
- Hillsborough (Sheffield, Inggris 15 April 1989, 96 tewas)
- Kathmandu Hailstorm (Kathmandu, Nepal, 12 Maret 1988, 93 tewas)
- Mateo Flores (Guatemala City, Guatemala, 16 Oktober 1996, 80 tewas)
- De La Puerta 12 (Buenos Aires, Argentina, 23 Juni 1968, 71 tewas)
- Port Said (Port Said, Mesir, 1 Februari 2012, 70 tewas)
- Second Ibrox (Glasgow, Skotlandia 2 Januari 1971, 66 tewas)
- Luzhniki Moscow (Moskow, Russia, 20 Oktober 1982, 66 tewas)