Malang Post – Perilaku menjaga kebersihan dan hidup sehat perlu diterapkan. Untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu indikator output dari strategi nasional STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Salah satu tempat yang harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya, adalah pondok pesantren (ponpes).
Ini mengingat, dalam sebuah pesantren, terdapat ratusan santri di dalamnya. Sehingga persoalan kebersihan harus mempunyai perhatian khusus.
Kabupaten Malang terutama Ngantang. Mayoritas warganya merupakan peternak sapi. Susu pecah adalah bagian dari hasil produksi sapi perah yang tidak diterima oleh KUD.
Lantaran susu pecah dinilai tidak memiliki kualitas standar susu murni. Sehingga dinilai tidak layak dikonsumsi.
Disisi lain, daerah Dampit bagian dari Kabuapten Malang juga. Mempunyai perkebunan kakao yang menghasilkan limbah berupa kulit kakao.
Melihat hal tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) mencoba memberikan solusi. Memanfaatkan bagian produksi yang tidak bisa dikonsumsi tersebut. Namun, masih memiliki manfaat lain. Sekaligus meminimalisir agar tidak menjadi limbah terbuang.
Langkah yang dilakukan adalah menjalankan Program Pelatihan Pengolahan Susu Pecah dan Limbah Kulit Kakao sebagai Hand Soap di Pondok Pesantren Anwarul Huda (PPAH) Malang.
Kelompok mahaiswa ini adalah, Eko Prihatmaji (Fapet ), Firmansyah Budi Pratama (Fapet), Muhammad Izzul Atfhal (Fapet), Chosiatun Nafingah (FK) dan Silvia Maulita (FK).
Ketua Tim, Eko Prihatmaji menyampaikan. Program ini merupakan program peningkatan produktivitas santri dengan memperhatikan masalah di sekitar lingkungannya.
“Program pelatihan pengolahan susu pecah dan limbah kulit kakao sebagai hand soap ini, merupakan salah satu upaya. Untuk meningkatkan produktivitas santri dan memberikan edukasi. Pentingnya kebersihan lingkungan di pondok pesantren,” ujar Eko.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan antara lain, terkait pemberian materi kebersihan dan kesehatan lingkungan. Pelatihan ekstraksi kulit kakao dan pembuatan hand soap (sabun tangan). Pelatihan desain kemasan dan pelatihan kewirausahaan.
Susu pecah dan kulit kakao adalah limbah yang tidak terpakai. Namun, kedua bahan ini masih mengandung senyawa anti bakteri. Berguna menangkal bakteri yang masuk dalam kulit. Senyawanya, mampu melembutkan dan menenangkan kulit.
Salah satu santri PPAH, Wari menuturkan. Program ini sangat menarik. Karena memberikan pengalaman serta ilmu baru. Membuat sabun tangan. Lebih-lebih bahan tambahan yang digunakan sangat bagus. Karena memanfaatkan limbah yang selama ini terbuang.
Kelanjutan dari program ini adalah pendampingan. Agar menjadikan santri PPAH mempuyai produk sabun sendiri. Nantinya bisa dijadikan peluang usaha.
“Rencana keberlanjutan program kami, pada tahun pertama adalah, terlaksananya program dengan lancarl. Tahun kedua, meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan dan produktivitas santri melalui produk hand soap ini. Tahun ketiga, menjadikan PPAH sebagai pesantren percontohan santri mandiri dan sadar kebersihan lingkungan,” pungkas Eko. (yan)