MALANG POST – Dosen Departemen Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang, Andika Yudha Pratama, ketika menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, menyampaikan, partisipasi aktif pemuda sangat penting dalam membangun bangsa.
Karena itu, semangat nasionalisme dan persatuan yang dimulai dalam Kongres Pemuda, harus menjadi pembelajaran untuk generasi muda saat ini.
“Pemuda Indonesia memiliki energi luar biasa, kreativitas yang tinggi, pemikiran terbuka dan penguasaan teknologi yang sangat baik,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (28/10/2025).
Untuk memaksimalkan peran pemuda, Andhika merekomendasikan penerapan kembali kebijakan link and match, yang menghubungkan pendidikan dengan kebutuhan industri.
Andhika menegaskan, Indonesia memiliki SDM pemuda unggul yang melimpah. Tapi akses dan kesempatan yang tidak sesuai, membuat mereka tidak dapat berkontribusi optimal.
Sedangkan Koordinator Aliansi BEM Malang Raya, Rahman Dalu, menyampaikan, berdasarkan hasil kajian Aliansi BEM Malang Raya, ada tiga penyakit utama yang menggerogoti generasi muda Indonesia saat ini.
“Tiga penyakit itu, hedonisme, pragmatisme dan apatisme, yang bisa berpengaruh pada bonus demografi 2045,” sebutnya.
Menurut analisis Aliansi BEM Malang Raya, ketiga penyakit ini merupakan serangan yang sangat luar biasa pada potensi pemuda Indonesia. Serta dapat menjadi faktor kendala yang menyebabkan masalah serius bagi generasi 2045.
Dalu menekankan, meskipun Indonesia memiliki keunggulan bonus demografi dengan jumlah pemuda yang besar, tapi kalau tidak segera diatasi, ketiga penyakit ini akan mengancam masa depan bangsa.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah (Dispusipda) Kota Malang, Yayuk Hermiati, menyampaikan, agar kegiatan membaca masyarakat semakin hidup, pihaknya melakukan sosialisasi budaya baca dan literasi di sekolah.
“Tingkat kegemaran membaca masyarakat naik dari nilai 64 menjadi 83. Menjadikan Kota Malang peringkat ke-2 di Jatim, setelah Surabaya,” tandasnya.
Yayuk memastikan, agar literasi bisa merata, kegiatan juga dilakukan di wilayah pinggiran dan tidak terfokus di pusat. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)




