GELANDANG: Duel antara Bayu Setiawan dengan Juan Felipe Villa Ruiz. Sayangnya Bayu harus mandi lebih cepat, setelah mendapat kartu merah di menit ke-77. (Foto: Arema Official)
MALANG POST – Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah itu sangat cocok menggambarkan kondisi Arema FC, saat turun di pekan ke-10 Super League musim 2025/2026, Minggu (26/10/2025) sore di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang.
Bagaimana tidak, dalam laga yang dipimpin wasit Steven Yubel Poli, tujuh kartu dikeluarkan untuk Arema. Sedangkan Borneo FC, hanya mendapat tiga kartu kuning.
Bahkan dari tujuh kartu itu, dua diantaranya memaksa dua pemain harus mandi terlebih dahulu. Yakni Julian Guevara yang mendapatkan dua kartu kuning, masing-masing menit ke-42 dan 58. Hingga kartu yang kedua, disusul dengan kartu merah di menit ke-58.
Nasib lebih tragis justru dialami Bayu Setiawan. Pemain bernomor punggung 72 itu, juga mendapatkan dua kartu kuning. Yakni di menit ke-21 dan menit ke-77. Hingga disusul kartu merah menit ke-77.
Tetapi setelah ada VAR review on field yang dilakukan Wasit Steven, kartu kuning kedua yang diberikan karena Bayu melakukan tekel keras terhadap Mariano Peralta, dibatalkan. Justru Bayu mendapatkan kartu merah secara langsung.
Kehilangan dua pemain sejak menit ke-77, menjadikan Arema tidak bisa berbuat apa-apa. Gol-gol tambahan pun seperti tinggal menunggu waktu. Setelah sebelumnya sejak menit kedua, gawang Arema yang dikawal Adi Satryo, sudah kebobolan lewat gol Mariano Peralta.
Meski di menit 90+7, Arema sempat memperkecil kekalahan lewat gol dari tendangan penalti. Yang diberikan Wasit Steven, setelah kembali melakukan VAR review on field, terhadap pelanggaran yang dilakukan Nadeo Arga Winata terhadap Salim Akbar Tuharea.
Dalam pertandingan yang ditonton 805 suporter itu, Wasit Steven melakukan tiga kali review on field. Dua diantaranya merugikan Arema.
Yakni ketika penalti yang seharusnya didapatkan Arema, ketika Valdeci di menit ke-81 dijatuhkan Fajar Fathurrahman. Tapi kemudian dibatalkan setelah wasit melihat layar VAR yang ada di pinggir lapangan.
Review on field kedua yang juga merugikan Arema, setelah Wasit Steven membatalkan kartu kuning kedua yang diterima Bayu Setiawan. Serta diganti dengan kartu merah langsung.
“Saya sebenarnya tidak dapat berbicara mengenai wasit. Dia wasit banyak melakukan kesalahan. Terutama di beberapa kartu warna kuning yang tidak diperlukan. Wasit juga sering menghentikan pertandingan.”
“Saya juga harus bicara. Sulit bagi Arema mendapatkan dua kartu merah dari wasit. Meski kami sudah berusaha terus, tetapi kehilangan dua pemain benar-benar membuat kami kesulitan,” kata pelatih Arema, Marcos Vinicius dos Santos Goncalves, dalam post match press conference, Minggu (26/10/2025) petang.
Pelatih asal Brasil ini juga mengakui, kesulitan yang didapatkan Arema dalam laga kandang kelimanya, adalah bobolnya gawang Arema saat laga baru berjalan dua menit.
Kebobolan lewat tendangan Peralta itu, membuat kondisi itu menyebabkan gangguan taktik. Padahal setelah terus berada di bawah tekanan di babak pertama, Arema saatnya bangkit dan mulai menguasai permainan di babak kedua. Bahkan Johan Ahmat Farizi siap-siap untuk membalas ketertinggalannya.
“Kami sebenarnya sudah kembali bisa bermain. Termasuk kembali menciptakan kesempatan, seperti saat pertandingan sebelumnya (lawan PSM). Dimana kita bisa menjadikan permainan yang baik, sehingga kita bisa memenangkan pertandingan.”
“Tetapi hari ini (Minggu, Red.) kita tidak bisa mengulang (seperti lawan PSM), karena kita kekurangan pemain. Kita harus bermain sembilan orang sejak menit ke-77,” tegasnya.
Praktis dalam kondisi tersebut, Marcos yang mengaku sudah punya strategi untuk menghadapi Borneo FC, terpaksa harus berubah karena adanya dua kartu merah.
“Saya harus meminta maaf kepada Aremania yang ada di stadion maupun yang menyaksikan dari rumah. Karena kekalahan yang kami terima hari ini. Sayang memang kami sudah menerima gol di awal pertandingan dan membuat kami kesulitan bangkit,” tegasnya. (Ra Indrata)




