
DBHCHT: Inilah salah satu alat kesehatan yang pengadaannya melalui DBHCHT tahun 2025. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lawang, semakin optimis untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Terutama untuk warga Kabupaten Malang di sisi utara.
Pada 2025 ini, rumah sakit tipe C yang telah memiliki akreditasi paripurna sejak 2022, mendapatkan kucuran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang cukup signifikan.
Jumlahnya Rp10 miliar lebih. Tepatnya Rp10.067.434.000. Meningkat tajam dibanding tahun 2024 lalu, yang menerima Rp6.273.623.206.
Dana DBHCT di 2024 itu, digunakan untuk pengadaan 197 unit alat kesehatan. Serta melengkapi fasilitas laboratorium. Seperti alat hematologi untuk prasarana bank darah. Kemudian Sentra Sterilisasi, alat operasi laser retina mata, kursi roda, bor operasi tulang dan lainnya.
Kata Direktur RSUD Lawang, dr. Nur Rochmah, MMRS., peruntukkan DBHCHT pada bidang kesehatan tersebut, digunakan pada dua sub kegiatan. Yakni pengadaan alat kesehatan, serta pemeliharaan alat kesehatan dan alat penunjang medis.
Kepada wartawan di Aula RSUD Lawang, Kamis (5/6/2025) lalu, dr. Nur menjelaskan, dengan kucuran DBHCHT tersebut, pihaknya akan semakin yakin untuk bisa meningkatkan mutu layanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya di Malang Utara.
“Kami akan terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat.”
“Lewat DBHCHT untuk bidang kesehatan, kami manfaatkan untuk optimalisasi layanan kesehatan melalui peningkatan sarana prasarana fasilitas medis,” katanya.

DIREKTUR RSUD Lawang, dr. Nur Rochman, MMRS., saat memberikan keterangan kepada wartawan. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Untuk alokasi Rp10 miliar tersebut, jelas dr. Nur, masuk dalam kelompok program peningkatan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. Yakni pengadaan 25 unit alat kesehatan, yang terbagi dalam beberapa layanan.
Pada peningkatan layanan di Unit Gawat Darurat (UGD), mendapatkan porsi yang cukup signifikan. Yakni dengan menambah sembilan unit alat baru. Diantaranya elektrokardiogram (EKG) dan monitor pasien.
Layanan untuk pasien rawat jalan, juga semakin diperkuat. Direktur rumah sakit yang kini jadi rujukan utama masyarakat Malang Utara menyebut, ada tambahan dental unit seiring dengan dibukanya layanan dokter gigi.
“Lalu ada tambahan alat TENS untuk mendukung pengembangan poli rehabilitasi medik.”
“Poli THT juga mendapatkan pengadaan alat baru, untuk mendukung layanan dokter spesialis. Saat ini kami punya dokter spesialis bedah umum, bedah saraf dan bedah ortopedi.”
“Karena itu, untuk bedah saraf yang merupakan layanan baru sejak 2024 lalu, sekarang pasien tidak perlu dirujuk lagi ke RSSA Malang. Kami saat ini sudah bisa menangani langsung di RSUD Lawang,” paparnya.
Pada sektor pemeliharaan alat, dr. Nur mengungkapkan, terdapat 46 unit peralatan medis canggih, yang harus mendapatkan perawatan secara berkala. Agar tetap akurat dan andal, dalam menyuguhkan data hasil pemeriksaan. Contohnya CT Scan dan mesin alat cuci darah (hemodialisa).
“Semakin canggih peralatan, pemeliharaannya menjadi makin rumit dan mahal.”
“Tapi (pemeliharaan) itu harus dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan. Serta memastikan seluruh alat medis berjalan dengan baik dan terkalibrasi dengan sempurna,” tegasnya.
Khusus untuk belanja perawatan tersebut, kata dr. Nur, berbeda dengan belanja barang. Karena perlu dilakukan 3-4 kali kunjungan. Setiap kunjungan, ada jeda waktu tiga bulan.

KOMINFO: Kepala Bidang Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Malang, Iwan Heri Kristanto. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Semua pengadaan peralatan kesehatan maupun perawatan untuk alat kesehatan, tambahnya, asesmen dilakukan oleh tim yang bersertifikasi.
“Dalam asesmen itu, butuh waktu sekitar tiga bulan. Sedangkan setiap item pengadaan barang, kami mengundang tiga penyedia untuk melakukan paparan.”
“Karena setiap alat kesehatan, memiliki merk dan spesifikasi yang beragam. Tim asesmen yang akan mencermati alat kesehatan tersebut, untuk disesuaikan dengan kebutuhan RSUD Lawang. Terutama harus sesuai dengan Health Technology Assesement (HTA),” imbuhnya.
Apabila barang-barang tersebut sesuai, lanjut dr. Nur, proses pemesanan dilakukan lewat e-catalog. Setelah pemesanan pun, masih perlu waktu sekitar tiga bulan, agar barang itu bisa sampai di RSUD Lawang.
Direktur RSUD Lawang juga menjelaskan, hingga semester pertama pada triwulan kedua ini, dari 72 item belanja tersebut, pihaknya telah menyelesaikan pelaksanaan hingga 75 persen. Baik untuk pengadaan alkes maupun perawatannya.
Ditargetkan pada akhir tahun 2025 ini, semuanya bisa terlaksana. Baik pengadaan maupun perawatan alat-alat kesehatan.
“Pengadaan dan pemeliharaan alat-alat kesehatan, adalah bagian integral dari upaya peningkatan mutu rumah sakit. Tidak hanya soal kompetensi sumberdaya manusia (SDM) tenaga kesehatan (nakes), tapi juga dengan ketercukupan alat.”
“Dalam indikator mutu pelayanan rumah sakit, alat yang terpelihara dengan baik, adalah salah satu poin penting. Maka pemeliharaan ini sangat berkontribusi terhadap peningkatan mutu,” tegasnya.

JUMPA PERS: Direktur RSUD didampingi Kabid Komunikasi Diskominfo, saat menggelar jumpa pers di Aula RSUD Lawang. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Karena itulah, dengan pengelolaan DBHCHT di bidang kesehatan yang baik dan tepat sasaran, bakal memberikan manfaat kepada masyarakat.
Melalui optimalisasi fasilitas medis tersebut, pihaknya meyakini masyarakat Malang utara tak perlu jauh jauh untuk mendapat layanan kesehatan berteknologi tinggi.
“Contohnya, sekarang untuk cuci darah, tidak perlu jauh-jauh ke RSSA. Cukup bisa ditangani di RSUD Lawang, karena kami sudah punya alatnya.”
“Ini akan sangat membantu masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah Malang bagian utara. Karena kami juga memiliki tiga ruang operasi serta dokter spesialis, sehingga beberapa kasus seperti bedah syaraf sudah bisa kami tangani,” tandasnya.
Untuk RSUD Lawang sendiri, dr. Nur menjelaskan jika rumah sakit yang saat ini menjadi rujukan utama masyarakat Malang Utara, memiliki 109 Tempat Tidur (TT), UGD 24 jam, hingga ruang intensif seperti Intensive Care Unit (ICU), NICU dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
“RSUD Lawang siap menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang kian kompleks secara prima,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten Malang, Iwan Heri Kristanto, saat mendampingi Direktur RSUD Lawang menegaskan, Kabupaten Malang pada 2025 ini mendapat alokasi DBHCHT Rp158,97 miliar. Sekitar Rp96,3 miliar digunakan di sektor kesehatan, lewat tiga instansi pengampu utama.
“Rinciannya, Rp53,51 miliar untuk Dinas Kesehatan, Rp32,75 miliar untuk RSUD Kanjuruhan dan Rp10,07 miliar untuk RSUD Lawang,” pungkasnya. (Ra Indrata)