MALANG POST – Dua laga kandang perdana, sudah dilakoni Arema FC di Stadion Gelora Soepriadi, di Kota Blitar. Hasilnya sangat diluar ekspektasi. Apalagi jika pembandingnya adalah laga di Piala Presiden 2024.
Dari dua laga itu, Arema FC hanya meraih satu poin. Yakni saat imbang tanpa gol lawan Dewa United. Satu laga lainnya, justru kalah 0-2 dari Borneo FC.
“Penyebabnya pasti lapangan. Karena waktu main di Piala Presiden, Arema FC cukup bagus. Bahkan tidak pernah kalah,” tulis salah seorang Aremania, pada inbox website Malang Post.
“Pemain Arema FC punya skill bagus. Tapi tidak bisa muncul karena lapangan yang jelek. Percuma punya tim bagus, kalau mainnya tetap di Soepriadi. Pindah saja ke Gajayana,” tulis Aremania lainnya.
Merujuk pada laga Piala Presiden, Arema FC memang bermain di dua stadion, yang memiliki kualitas lapangan sangat mumpuni. Babak penyisihan main di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Kemudian di babak semi final dan final, justru bermain di stadion yang digunakan dalam Piala Dunia U-17. Di Stadion Mahanan Solo.
Sudah pasti lapangan yang berada di dua stadion tersebut, tidak bisa disandingkan dengan Stadion Soepriadi. Yang memang tidak pernah dipakai untuk menggelar kompetisi Liga 1.
Pelatih Arema FC, Joel Cornelli sendiri, juga mengeluhkan kondisi lapangan tersebut. Bahkan sejak sebelum lawan Dewa United, pada Senin (12/8/2024) lalu, pelatih asal Brasil ini sudah meminta pemainnya, adaptasi dengan kondisi lapangan.
Dan terbukti, pasca imbang lawan Dewa United, Joel Cornelli, kembali mengeluhkan kondisi lapangan yang tidak merata.
“Tentu saja, stadion ini akan menjadi kandang kita. Makanya kami terus mencoba untuk beradaptasi. Karena kami terbiasa bermain di lapangan yang berbeda,” kata Joel Cornelli.
Manajemen Arema FC pun sudah menyampaikan permohonan perbaikan, kepada pengelola Stadion Soepriadi. Paling tidak untuk laga lawan Borneo FC, ketidakrataan lapangan itu bisa diperbaiki.
Nyatanya tidak ada hasil perbaikan, yang bisa dirasakan pemain-pemain Arema FC. Skill dan kemampuan individu yang dipadukan dengan kolektivitas permainan tim, tidak muncul sama sekali.
Hasilnya, Arema FC kalah 0-2 dari Borneo FC. Bahkan semakin menunjukkan, jika dalam dua laga kandang itu, Singo Edan selalu gagal mencetak gol.
Padahal dalam dua laga tersebut, Aremania sudah mulai mendampingi Arema FC secara langsung di stadion. Setelah hampir dua musim, suporter fanatik Arema FC itu, harus puas menyaksikan di layar televisi.
Meski dari jumlah kehadiran, masih jauh dari jumlah kuota yang diperbolehkan. Saat lawan Dewa United, ada 831 penonton yang hadir. Kemudian menjadi 839 penonton, ketika Arema FC dikalahkan Borneo FC.
Sementara untuk dua laga kandang itu, Panpel Arema FC, mencetak 500 tiket VIP dan 2.500 lembar tiket ekonomi. Yang dibanderol dengan harga Rp150 ribu dan Rp200 ribu untuk ekonomi dan VIP.
“Soal harga tiket, saya tidak berwenang mengomentari. Tapi, tentang main di kandang belum maksimal, saya perlu ingatkan lagi. Sebelumnya kita lebih sering bermain di luar. Kita lama di Bali, lalu ke Solo (di Piala Presiden 2024), tentu ini butuh adaptasi,” kata Joel Cornelli.
Secara eksplisit, Joel menyanggah hasil kurang maksimal yang diraih Arema FC dalam dua laga kandang, karena belum bisa memaksimalkan dukungan Aremania. Menurutnya, faktor lapangan merupakan kendala nyata. (*/Ra Indrata)