MALANG POST – Pembuangan limbah domestik alias rumah tangga di Indonesia masih menjadi isu yang rumit dan memerlukan inovasi baru untuk penyelesaiannya. Ini menjadi perhatian Eli Hendrik Sanjaya, S.Si., M.Si., Ph.D., Kepala Pusat Sains dan Rekayasa Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UM.
Ia pun melakukan riset. Hingga tiba waktunya, ia memperkenalkan inovasi Pengolahan Limbah Domestik Cair Menggunakan Mikroba Konsorsium Indigenous Proteolitik, Amilolitik dan Lipolitik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah domestik cair dengan mikroba lokal yang mampu memecah protein, pati, lemak, dan minyak.
Inovasi ini dikembangkan dengan memperhatikan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke-6, yaitu mencapai air bersih dan sanitasi layak.
“Dengan adanya inovasi ini, kualitas air dapat tetap terjaga dan jumlah air bersih di Indonesia bisa dipertahankan. Selain itu, limbah cair yang dibuang tidak akan merusak ekosistem air maupun ekosistem lainnya,” ujar Eli
Tampilan dari bioreaktor pengolahan limbah domestik cair. (Foto: Istimewa)
Inovasi ini tidak hanya mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Tetapi juga mendukung terwujudnya kampus ramah lingkungan di UM.
“Di UM sendiri, sebelumnya sudah ada alat pengolahan limbah cair dengan mikroba. Namun, diharapkan inovasi terbaru ini dapat bekerja lebih efektif dan lebih baik lagi,” bebernya
Eli Hendrik menyebutkan, pengembangan inovasi ini dimulai sejak beliau menyelesaikan pendidikan doktornya di bidang Teknik Lingkungan di Tohoku University, Jepang pada tahun 2020.
Kemajuan pengolahan limbah di Jepang menginspirasinya untuk menciptakan teknologi pengolahan limbah domestik cair dari mikroba yang diperoleh dari limbah industri kelapa sawit.
“Rancangan inovasi ini dikembangkan dari adanya permintaan dari vendor pengolahan limbah cair restoran atau rumah makan di daerah Jakarta. Lebih lanjut, inovasi ini berpotensi untuk mendukung SDGs,” jelas Eli.
Terkait penelitian terkait pengolahan limbah cair di Lab. penelitian terus berjalan. Tentu harapannya, ke depan inovasi ini dapat digunakan secara luas.
Starter mikroba sebagai produk siap pakai untuk pengolahan limbah cair juga telah dipersiapkan. Sehingga proses pengolahan limbah domestik cair akan mudah dan terjangkau.
“Penelitian terkait inovasi ini merupakan penelitian yang berkelanjutan yang butuh waktu panjang” ujar Eli.
Proses yang memakan waktu tersebut merupakan salah satu tantangan yang dihadapi selama pengembangan inovasi.
Proses ini mencakup isolasi mikroba yang memerlukan waktu enam bulan hingga setahun. Kemudian, uji coba menggunakan limbah domestik cair pada bioreaktor sebagai alat percobaan.
Setelah limbah cair melewati bioreaktor yang berisi mikroba, kandungannya akan diukur kembali sesuai parameter kualitas yang telah ditetapkan.
“Harapannya, inovasi ini dapat diterapkan secara luas di Indonesia. Karena dengan adanya pengolahan limbah domestik cair, limbah yang dibuang telah memenuhi standar parameter aman,” tandasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)