![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/03/IMG-20240310-WA0024-1024x682.jpg)
Malang Post – Dandim 0833/Kota Malang Letkol Arm Aris Gunawan turut hadir dalam upacara sakral Tawur Agung Kesanga, sebuah rangkaian kegiatan menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1946. Perayaan dihadiri oleh cakupan masyarakat, termasuk umat Hindu, yang berlangsung pada hari Minggu, 10 Maret 2024, bertempat di Bundaran Balaikota Malang di Jl. Tugu No.1, Kelurahan Kiduldalem, Kecamatan Klojen.
Upacara Tawur Agung Kesanga ini merupakan event penting dalam menyambut hari suci Nyepi, yang diadakan sehari sebelum perayaan Nyepi itu sendiri dan jatuh pada Tilem sasih Kesanga ketika matahari tepat berada di tengah langit. Event keagamaan ini menggambarkan salah satu upacara Butha Yadnya, serangkaian kegiatan yang diorientasikan pada keseimbangan dan kesejahteraan alam serta manusia, seperti yang tercatat dalam petunjuk lontar “Sang-hyang Aji Swamandala”.
Upacara Tawur Agung Kesanga di Kota Malang ini merupakan manifestasi nyata dari penghormatan terhadap alam yang menjunjung tinggi filosofi keseimbangan dan keselarasan. “Tawur” yang berarti membayar atau mengembalikan ini, adalah upacara sakral dimana umat Hindu mengembalikan sari-sari alam yang telah mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui serangkaian persembahan kepada para Butha. Maksud dari persembahan ini adalah agar para Bhuta, makhluk halus menurut kepercayaan Hindu, tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup dalam harmoni dan kedamaian.
Kehadiran Letkol Arm Aris Gunawan dalam upacara ini menunjukkan bentuk kerukunan dan kebersamaan antar umat beragama, sekaligus mendukung proses penjagaan ketertiban yang menjadi tanggung jawab kodim di wilayah Kota Malang. Kesungguhan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghormati perbedaan menjadi salah satu kunci utama dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia, khususnya di Kota Malang.
Dandim 0833/Kota Malang juga berharap agar upacara Tawur Agung Kesanga dan perayaan Nyepi bisa terus dipelihara sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya, juga sebagai moment introspeksi diri dan refleksi atas alam semesta. Penduduk setempat dan warga negara dalam keseluruhan diharapkan mendukung kegiatan ini sebagai manifestasi dari kebhinekaan yang menjadi fondasi negara.(*)