Batu – Kota Batu, topografinya di perbukitan. Tingkat bencana longsor mendominasi. Di jaman serba modern ini, selayaknya BPBD Kota Batu punya alat canggih. Sebagai pendeteksi seberapa rawan kawasan terhadap resiko bencana. Tapi, hingga kini belum ada alat penunjang itu.
BPBD Kota Batu harus pinjam alat geolistrik. Dibutuhkan untuk mengetahui coverage area. Sejauh mana ketebalan dan jangkauan material, jika terjadi tanah longsor. Juga untuk menunjukkan arah longsorannya. Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD, Achmad Choirur Rochim membenarkan. Pihaknya berupaya pinjam ke ITS, UB dan ITN.
Digunakan mengkaji kawasan Payung I, yang berresiko tinggi. Kawasan ini, menjadi fokus perhatian seiring peristiwa keretakan dan amblesnya permukaan tanah. Alat geolistrik, bisa memprediksi tingkat keparahan jika longsor terjadi.
“Kami koordinasi untuk peminjaman kepada tiga perguruan tinggi. Tapi sampai saat ini belum ada yang pasti bisa dipinjam,” ujarnya kepada Di’s Way Malang Post.
Pihaknya juga butuh alat seismograf. Fungsinya, merekam gelombang seismik yang disebabkan gempa bumi, ledakan atau fenomena yang mengguncang bumi. Kedua alat itu menjadi andalan mendeteksi bencana, sebagai upaya mitigasi. Melihat rentetan bencana tanah longsor, BPBD Kota Batu berencana mengajukan pengadaaan alat ini.
“Kalau bisa diakomodir, kami mengajukan lewat PAK APBD 2021. Sangat penting memiliki kedua alat ini untuk mitigasi jangka panjang,” katanya. Utamanya mendeteksi di titik-titik rawan longsor yang belum dipasang early warning system (EWS). “EWS cuma dipasang di beberapa titik. Yang nggak ada EWS-nya sulit melakukan pemantauan,” tandasnya. (ano/jan)