Malang – Jaman milenial membuat anak tergantung terhadap HP. Ini perlu disikapi. Agar pembentukan karakternya berjalan. Tidak melulu menggunakan HP untuk bermain.
Salah satunya dengan pendidikan literasi. Ini yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Bakti untuk negeri tak perlu jauh-jauh. Terpenting bergerak memberi arti. Apalagi di tengah pandemi covid-19.
Kali ini, UMM menggandeng komunitas Preman Mengajar. Mereka mengunjungi Desa Jabung, Kabupaten Malang, belum lama ini. Preman Mengajar merupakan salah satu komunitas yang dibentuk sebagai wujud dari program kerja Republik Gubuk yang ada di Desa Jabung.
Komunitas ini memiliki fokus gerakan dalam bidang pendidikan. Namun, tidak hanya menyuguhkan buku untuk dibaca di sana.
Tapi juga menanamkan berbagai keterampilan pendidikan karakter pada anak-anak binaan yang di Desa Gading Kembar. Mulai dari mendongeng, menari hingga latihan seni bela diri bersama.
Karena masih situasi pendemi, maka semua kegiatan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan.
Sebelum melakukan kegiatan menari dan seni bela diri, ada nilai-nilai kebaikan yang lebih dulu ditanamkan pada anak-anak. Fachrul Alamsyah, yang sering disapa Irul, memberikan refleksi dan penanaman nilai dalam setiap aktivitas mereka.
Sehingga mereka tidak hanya melakukan rutinitas. Namun juga memahami maksud dan tujuan gerakan serta harapan setelah mereka menguasai keterampilan ini.
“Berlatihlah secara serius, kami ingin di manapun kalian berada, kalian akan menjadi anak yang bermanfaat bagi orang lain dengan ilmu kalian. Gunakan keterampilan yang kalian punya,” ujar Irul.
“Pergilah kemana kalian mau dan buatlah spirit yang sama dengan apa yang sudah dilakukan oleh Gubuk Baca dimanapun kalian berada,” begitulah ucap Irul, founder Republik Gubuk saat memberikan motivasi kepada anak binaannya.
Faris Dwi Setyawan, juga salah satu penggagas Gubuk Baca. Ia mengungkapkan alasannya, kenapa mau membina anak-anak di Desa Gading Kembar.
Ia menyebutkan, ini adalah hasil inisiasi dari mereka yang merasa prihatin atas kebiasaan kurang baik pada anak-anak di sana.
“Anak-anak yang harusnya memanfaatkan masa pertumbuhanya untuk memperluas wawasan atau mengembangkan potensi diri. Malah terjebak dengan aktivitas bermain hp terus menerus tanpa tahu waktu,” ungkapnya.
“Sedangkan orang tua mereka cenderung membiarkan karena kebanyakan tingkat pendidikanya rendah. Karena hal itulah, saya dan teman-teman yang dulunya tergabung dalam komunitas seni bela diri di kampung ini, mau meluangkan waktu untuk mendampingi mereka,” jelasnya.
Ridlo Setyono S.Pd selaku koordinator lapang dari UMM juga menyebutkan. Bahwa dia cukup terkejut dengan antusias mereka untuk membaca buku.
“Belum juga dibuka, lemari bukunya namun semua sudah mengantri. Saat dibuka pun, mereka sontak menyerbu untuk mengambil buku bacaan sesuai dengan yang mereka mau,” tuturnya.
Dony Windiarto, koordinator pendidikan Preman Mengajar juga menuturkan kesan baiknya pada kegiatan kolaborasi ini.
“Saya berharap Mobil Pintar UMM bisa berkelanjutan dengan kami. Bergerak bersama untuk meningkatkan literasi di pojok kampung yang jarang memiliki fasilitas membaca. Kolaborasi ini adalah bentuk silahturahmi dari instansi pendidikan terkhusus pihak UMM dengan kami pemuda-pemudi kampung,” pungkasnya. (roz/jan)