Batu – Survey keinginan orang tua dalam melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Batu bisa dikatakan sangat tinggi.
Hasil survey menunjukkan. Tingkat SMP mencapai 85 persen. Bahkan pada tingkat SD angka survey itu mencapai 90 persen. Dari total 79 SD Negeri/Swasta di Kota Batu.
Ini mengindikasikan, sebagian besar masyarakat yang memiliki buah hati di jenjang SD dan SMP, sudah berkeinginan kembali bersekolah seperti semula. Menggunakan sistem pembelajaran tatap muka.
Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Batu, Daud Andoko mengatakan. Jika antusias wali murid di kisaran 90 persen ingin PTM. Jika ada yang ingin PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) akan tetap dilayani. Meski begitu pihaknya juga masih akan melihat pula kesiapan dari setiap sekolah dan mengacu pada SKB 4 Menteri
Pihaknya juga telah memantau kesiapan satuan penyelenggara pendidikan yang akan memulai kegiatan belajar mengajar tatap muka. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Antara lain kelengkapan fasilitas penunjang protokol kesehatan dan harus ada Satgas Covid-19 di tiap sekolah. Satgas tersebut dibentuk melalui SK kepala sekolah.
“Sejauh mana penyediaan prokes, semisal tempat cuci tangan yang harus memadai jumlahnya. Serta jaraknya juga harus diatur,” paparnya..
Diakuinya, metode pembelajaran daring memiliki keterbatasan. Hasilnya pun akan berbeda dibandingkan ketika mengikuti pembelajaran secara tatap muka.
Karena kehadiran seorang tenaga pendidik sangat penting. Terutama di tingkat SD hingga SMP dalam mencapai tujuan pembelajaran.
“Pencapaian tujuan belajar, angka kompetensi dasar anak itu ada standarnya. Maka sulit terpenuhi. Bagaimanapun juga, PJJ masih belum siap diterapkan pada murid SD maupun SMP,” ungkap Daud.
Dinas Pendidikan Kota Batu sebetulnya telah menyiapkan Perwali Kota Batu yang mengatur SOP pelaksanaan PTM di masa pandemi. Payung hukum telah disusun sejak Desember 2020. Kini masih dalam tahap kajian legal formal di Bagian Pemerintahan Kota Batu.
PTM semula dijadwalkan akan dimulai 4 Januari 2021. Kebijakan ini akan lebih dulu dimulai dari tingkat tertinggi di jenjang menengah pertama. Jika pelaksanaan dirasa cukup aman, maka secara bertahap akan diteruskan ke tingkatan kelas di bawahnya.
“Namun karena PPKM kebijakan itu ditunda. Sehingga kajian perwalinya juga ditunda. Kami akan mengikuti kebijakan dari pemerintah pusat. Apalagi ada kabar PPKM akan diperpanjang,” ujar dia.
Pihaknya mengaku, jika ingin segera dimulai pelaksanaan PTM. Namun karena muncul wacana perpanjangan PPKM, maka menunggu petunjuk dari pusat.
“Apapun itu, kami tunduk pada regulasi yang dikeluarkan Kemendikbud. Jika ada pengecualian, maka dilakukan PTM sesuai dengan Perwali yang sedang kami siapkan,” ungkap Daud.
Pihaknya tak memungkiri. Selama ini banyak orang tua yang kewalahan. Saat mendampingi buah hatinya melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring.
Belum lagi, tak semua peserta didik memiliki fasilitas penunjang yang memadai. Berbagai faktor menyebabkan para wali murid melontarkan keluhan selama PJJ.
Dari faktor keterbatasan waktu karena kesibukan wali murid. Sehingga orang tua khawatir, anaknya tak belajar secara sungguh-sungguh.
“Faktor lainnya. Adalah keterbatasan kapasitas orang tua dalam menjangkau materi pelajaran yang diberikan kepada anak. Sehingga hasilnya tidak seoptimal ketika didampingi guru,” katanya. (ano/jan)