
ASPIRIN pusing. Harga bahan baku tempe terus melambung. Pengrajin dari Kampung Tempe, Karangjambe, Beji, Kota Batu ini, terpaksa menyunat ukuran. Dewa pun –satu dari 636 pengrajin tempe Sanan, Malang– melakukan hal yang sama.
Itulah sebabnya, siapapun beli tempe seharga pekan lalu, kini ukurannya mungsret. “Sekadar menjaga tetap produksi dan pasar tidak kosong. Masak Malang tidak ada tempe?” kata keduanya, terpisah, kemarin.
Daerah lain sudah langka. Jakarta, Jabar dan Sidoarjo, mogok produksi. Harga kedele lari dari Rp 6.500 menjadi Rp 9.500 dan kini mencapai 10.000/kg. Diikuti kenaikan harga ragi. Dari Rp 20.000 per kotak menjadi Rp 27.000.
“Hampir tidak ada untungnya,” lanjut Aspirin, memegang kening.
Tempe dan tahu akhirnya ikut terdampak Covid-19. Harga bahan baku itu merangkak sejak dua pekan lalu. “Entah sampai kapan,” tanya Dewa.
Tapi Diskopindag Kota Malang merilis, stok kedelai aman hingga Idhul Fitri nanti. Lha, harganya?! (ekn)