Oleh : Dr dr Robert Arjuna FEAS ( dokter dan penulis ilmu kesehatan )
Pada musim hujan seperti sekarang, kita jadi mudah terserang masuk angin. Biasanya, cukup dengan minum jamu sachet atau kerokan, badan sudah segar kembali. Alhasil, kita sering meremehkan masuk angin. Padahal, bisa jadi masuk angin adalah gejala penyakit yang lebih berbahaya.
Istilah masuk angin cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Bahkan dianggap sebagai suatu penyakit. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan kondisi tidak enak badan. Gejala yang sering dijumpai antara lain meriang atau demam, pusing, lemas, kembung atau mual, pegal-pegal, hidung tersumbat, dan sebagainya.
Masuk angin sering dikira dipicu oleh terlalu banyak berada di udara terbuka. Juga kurang tidur, telat makan, kehujanan, atau terlalu sering berada dalam ruangan ber-AC. Apalagi di era now. Gaya hidup modern dengan aktivitas padat menyebabkan kurangnya waktu istirahat. Sehingga badan jadi kurang fit.
Siapa saja dapat terserang gangguan ini. Selain minum jamu, kadang badan dikerok sampai hitam. Padahal ini tidak dianjurkan.
Bagaimana pandangan dunia medis tentang hal ini? Masuk angin bukan merupakan istilah medis. Dan bukan pula suatu penyakit. Masuk angin hanyalah sebuah istilah yang digunakan masyarakat Indonesia untuk menggambarkan keluhan demam, menggigil, nyeri otot, pegal-pegal, perut kembung, serta hilangnya nafsu makan.
Ada banyak kemungkinan penyakit yang bisa menimbulkan keluhan masuk angin. Dan bisa saja penyebabnya adalah penyakit yang serius. Oleh karena itu, Anda perlu berhati-hati dan tidak menyepelekannya. Terutama bila gejala yang dirasakan cukup berat dan tidak segera membaik.
Apabila keluhan masuk angin berupa demam tinggi selama lebih dari tiga hari, lemas, muntah, dan diare terus-menerus, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter. Terlebih jika disertai nyeri dada pada pasien dengan adanya riwayat penyakit jantung.
Penyebab Utama
Keluhan masuk angin paling sering muncul akibat menurunnya daya tahan tubuh, sehingga penderitanya rentan terinfeksi virus maupun bakteri. Kondisi ini dikaitkan dengan angin dan hujan, masih belum jelas. Namun yang pasti, kurangnya paparan sinar matahari saat musim hujan memang bisa membuat produksi vitamin D di dalam tubuh menurun. Vitamin D adalah salah satu nutrisi mikro yang berperan untuk menjaga daya tahan tubuh.
Nah, daya tahan tubuh yang menurun itulah yang memicu berbagai gejala penyakit yang disebut oleh masyarakat sebagai masuk angin. Selain gejala yang telah disebut di atas, nyeri otot, nyeri perut, sering sendawa, sering buang angin, dan merasa lemas juga dianggap bagian dari masuk angin. Ada banyak penyakit yang gejalanya sering dianggap sebagai masuk angin. Di antaranya:
Infeksi Saluran Napas Atas (hidung dan tenggorokan)
Ini merupakan penyakit yang paling sering bersembunyi di balik gejala demam, pilek, dan batuk. Penyebabnya bisa virus atau bakteri. Sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas memiliki gejala yang ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun bila sudah menyerang saluran pernapasan bawah, misalnya pada penyakit pneumonia, gejalanya akan lebih berat. Serta dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Gangguan Pencernaan
Mual, muntah, perut kembung, diare, sembelit, dan sensasi perih atau nyeri ulu hati sangat terkait dengan gangguan pencernaan. Padahal kembung sering dianggap sebagai masuk angin. Penyebab gangguan pencernaan bermacam-macam. Antara lain keracunan makanan, infeksi virus maupun bakteri, alergi atau intoleransi makanan, dan stres.
Demam berdarah dan malaria
Kedua penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi di negara tropis, seperti Indonesia. Keduanya sama-sama ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah dan malaria bisa menyebabkan gejala demam, nyeri sendi, pegal-pegal, menggigil, dan lemas. Jika tidak ditangani secara tepat, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius hingga kematian.
Penyakit Jantung
Penyakit ini terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup, akibat sumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah jantung. Kondisi ini sering menimbulkan nyeri dada yang disebut masyarakat sebagai angin duduk. Keluhannya bisa berupa nyeri ulu hati atau nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, atau punggung, lemas, sesak napas, hingga pingsan.
Pengobatan
Karena penyebabnya bermacam-macam, maka semestinya masuk angin juga ditangani secara berbeda. Sesuai dengan pemicunya. Terlebih jika gejala menetap selama beberapa hari. Namun, untuk mengobati gejala ringan, kita bisa memperbanyak minum air putih. Terutama pada kondisi muntah dan diare, untuk mencegah dehidrasi.
Minum air hangat. Cara ini dapat membantu melegakan gejala infeksi saluran napas. Beristirahat yang cukup. Hal ini penting dilakukan untuk membantu tubuh malawan infeksi. Juga tidak merokok, serta hindari konsumsi kafein dan alkohol. Jika demam, kita bisa minum obat penurun panas. Demam dan nyeri otot pada masuk angin dapat diredakan dengan obat penurun panas dan antinyeri, seperti paracetamol.
Pencegahan
Sesibuk apapun Anda, selalu sempatkan makan tepat waktu. Perut yang kosong akibat terlambat makan menyebabkan meningkatnya produksi gas pada lambung. Inilah yang kadang membuat perut terasa kembung, sering bersendawa, dan buang angin. Istirahat yang teratur dan cukup. Banyak yang meyakini bahwa durasi tidur seseorang 7-8 jam sehari.
Selain itu, kita harus bergerak secara aktif. Gerak badan—bahkan yang ringan sekalipun—sangat efektif untuk memanaskan tubuh secara alami dengan mendorong metabolisme dan melancarkan peredaran darah. Lakukan olahraga secara teratur, karena tubuh yang bugar tentunya tidak rentan terhadap penyakit.
Bagi yang suka pijat, ini boleh juga dilakukan. Pijat dapat melancarkan peredaran darah dan menyingkirkan asam laktat yang menumpuk yang diakibatkan oleh metabolisme sehingga mendorong produksi endorfin. Hormon itu yang membuat tubuh terasa bugar, sekaligus membuat kekebalan tubuh semakin kuat. Alasan itu juga yang mendorong para olahragawan melakukan pijat secara teratur.
Demikian pengetahuan singkat pembahasan masuk angin. Semoga pembaca kini semakin memahami dan memilah, apakah gangguan kesehatan yang diderita hanya masuk angin biasa atau gejala penyakit yang lebih besar. Tetap tetap jaga protokol kesehatan. Selalu jalankan 3M, mencuci tangan, memakai masker, dan menjaaga jarak. (Rtc-*)