
TUMBUH: Noor Nugroho (dua dari kiri) dan Febrina (paling kanan) seusai menyerahkan penghargaan kepada TPID Cerdas dan Cermat Mengawal Inflasi Daerah (Kucecwara) 2023. Yang diterima Kota dan Kabupaten Malang. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Perang Rusia dan Ukraina, Israel dan Iran, konflik Laut Merah dan perang dagang AS-Tiongkok. Masih menjadi masalah serius dalam perekonomian global. Berdampak pada ketidakpastian perkembangan ekonomi. Serta keterlambatan laju perkembangan ekonomi global dan domestik.
Bahkan dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada April 2024, memproyeksikan ekonomi global, hanya tumbuh sekitar 3,1 persen. Sedangkan produk domestik bruto (PDB di 2023, juga tumbuh 3,1 persen.
Pernyataan itu disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur, M.Noor Nugroho, dalam paparannya di momen Sinergi Menuju Ekonomi yang Kreatif, Tangguh, Teruji dan Terdigitalisasi (Sekartaji) di Ballroom Grand Mercure Malang, Selasa (30/4/2024) pagi. Yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang.
Meski demikian, sebut Noor Nugroho, perkembangan ekonomi di Jawa Timur pada Triwulan I/2024, diperkirakan tetap lebih hinggi dibanding Triwulan IV/2024.
Daya dorongnya adalah pencairan THR dan pencarian rapel kenaikan gaji ASN. Ditambah long weekend sepanjang Februari dan Maret. Serta peningkatan konsumsi pada momen safari politik, menjelan Pemilu 2024.
“Itulah sebabnya, kinerja ekonomi Jatim pada 2024, diperkirakan lebih tinggi dibanding 2023. Pada rentang 4,7 – 5,5 persen (yoy). Karena ditopang oleh peningkatan konsumsi domestik tersebut,” sebut Noor Nugroho.
Di sisi lain, kata dia, inflasi tahunan gabungan kota IHK pada Maret 2024 di Jatim, juga masih terjaga dalam target sasaran nasional. Sembari disebut ada empat kata kunci, sebagai strategi untuk menekan inflasi.
“Yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif,” ungkapnya.
Itulah sebabnya, Noor Nugroho juga melihat pentingnya menekan laju inflasi. Karena dengan inflasi yang terkendali, harga bahan pokok dan nilai tukar uang rupiah, masih dalam tahapan yang normal.
“Sebab jika harga bahan pokok terus naik, akan menurunkan daya beli masyarakat. Apabila ini terjadi, akan berbahaya bagi masyarakat. Proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya daerah di wilayah Jawa Timur pun akan terganggu,” sebutnya.

JUMPA PERS: Febrina dan Noor Nugroho, saat akan memberikan keterangan kepada wartawan, terkait kondiri perekonomian di Jawa Timur. Khususnya di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Sementara itu untuk wilayah kerja Perwakilan Bank Indonesia Malang sendiri, Kepala KPw BI Malang, Febrina menambahkan, kinerja ekonomi masih terus tumbuh positif pada 2023 kemarin.
Apalagi di wilayah kerja KPw BI Malang, menjadi wilayah pengungkit pertumbuhan di Jawa Timur. Utamanya di kawasan tengah selatan. Yang laju pertumbuhan ekonominya sebesar 5,36 persen (yoy).
Yang menarik, pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, melebih pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang mencapai 4,95 persen (yoy). Bahkan lebih tinggi dibanding nasional, yang ‘hanya’ 5,05 persen (yoy).
“Jika lebih spesifik lagi, pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah kerja KPw BI Malang, adalah Kota Batu. Angkanya mencapai 6,19 persen (yoy). Pendorongnya adalah kinerja perdagangan. seiring meningkatnya jumlah wisatawan hingga 20 persen,” sebut alumni UGM Yogyakarta ini.
Sedangkan penopang perekonomian di wilayah kerja KPw BI Malang adalah industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, pertanian, penyediaan akomodasi dan makan minum serta Infokom.
“Kalau Covid-19 lalu, tidak berdampak terhadap perubahan struktur perekonomian di BI Malang. Pengaruhnya pada pergeseran pangsa saja. Selama pandemi (2020-2021) pangsa lapangan usaha Infokom lebih besar dari Akmamin,” tambah ibu dua putra ini.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, tambah Febrina, kinerja intermediasi perbankan juga tumbuh. Meskipun termoderasi dengan risiko kredit yang terjaga.
Pertumbuhan kredit perbankan pada wilayah kerja KPw BI Malang di triwulan I/2024, berlanjut tumbuh meskipun termoderasi. Kredit tumbuh termoderasi 14,41 persen (yoy), seiring melambatnya kredit investasi, konsumsi dan modal kerja.
“Risiko kredit masih terjaga. Risiko LAR secara sektoral masih perlu perbaikan pada sektor pertanian, perdagangan dan penyediaan Akmamin,” ujarnya.
Untuk laju inflasi di wilayah kerja KPw BI Malang itu sendiri, juga berhasil terus dikendalikan. Tercatat angka inflasi ada di antara 2,5 persen + 1. Yang masih dalam rentang aman.
“Di bulan Maret kemarin, tercatat angka inflasi di kisaran 3,1 persen. Relatif sama dengan di wilayah Jawa Timur. Kalau di Kota Malang sendiri, pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,1 lebih tinggi dari rencana 3,9 persen. Apalagi di momen Pemilu kemarin,” tandas Febrina. (Ra Indrata)