
Jamaah Masjid Ramadhan mengikuti tausiyah setelah sholat gerhana, Rabu 26 Mei 2021
Malang Post – Segenap muslim Malang Raya, Rabu (26/5/2021) usai sholat maghrib, menggelar sholat sunnah gerhana bulan. Bagi muslim, gerhana bulan adalah bukti kebesaran Allah. Berikut ini tausiyah Akhmad Muwafik Saleh.
Tidak ada satupun peristiwa yang terjadi di alam ini terlepas dari rencana Allah swt. Allah memiliki rencana untuk para hambanya. Semua mahkluk di alam semesta ini tunduk pada rencana Allah swt dan mereka bertasbih pada penciptanya.
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (QS. Al-Isra’, Ayat 44)
Semua peristiwa yang terjadi di alam ini, Allah sebagai Sang Khaliq menitipkan berbagai pesan melalui tanda – tanda pada peristiwa alam yang terjadi itu. Sebuah pesan untuk kebaikan hambanya, agar kembali ke jalan yang lurus dan benar. Serta membangun kesadaran dan memperbaiki diri dari segala kesalahan yang diperbuat selama ini. Karena demikianlah karakter akhir zaman yaitu perbuatan manusia bukanlah tambah baik melainkan semakin buruk dan memburuk. Sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi saw dalam sabdanya :
عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ قَالَ أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنْ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم
Dari az-Zubair bin Adi, ia berkata: Saya menemui Anas bin Malik. Kami mengadukan apa yang kami temukan dari (kekejaman) al-Hajjaj. Anas berkata: “Sabarlah kalian, karena tidak ada satu zaman pun kecuali setelahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian bertemu Tuhan kalian.” Saya mendengar ini dari Nabi kalian saw.” (Shahih Al-Bukhari, XVII : 557, no. 7068)
Bahkan secara metaporis Nabi menyatakan bahwa keadaan menuju akhir zaman akan dipenuhi fitnah (keburukan) ibarat malam yang semakin gelap dan gelap.
بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا.
“Bersegeralah kalian melakukan amal shalih (sebelum datangnya) fitnah-fitnah bagaikan malam yang gelap gulita, seseorang dalam keadaan beriman di pagi hari dan menjadi kafir di sore hari, atau di sore hari dalam keadaan beriman, dan menjadi kafir pada pagi hari, dia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Muslim)
Peristiwa gerhana bulan bukan hanya semata peristiwa alam belaka. Bisa jadi gerhana bulan adalah cara Allah untuk mengingatkan manusia agar kembali ingat pada Sang Penciptanya sekaligus sebuah peringatan dan pertanda bagi seorang mukmin akan keadaan yang semakin buruk tersebut. Sehingga Nabi saw memerintahkan agar saat menghadapi gerhana bulan seorang mukmin lebih mendekatkan diri kepada Allah seraya memperbanyak takbir, tahmid dan tahli serta bersedekah.
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَام وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba hambaNya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah.”
Hal senada disampaikan dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُو
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Keempat perintah Rasulullah saw saat menghadapi gerhana yaitu berdoa, perbanyak takbir, solat dan sedekah memberikan sebuah indikasi bahwa dibalik gerhana ada sebuah pesan bahwa gerhana adalah cara Allah untuk mengingatkan hambanya agar kembali ingat kepada Allah yang maha berkuasa dan tidak ada satupun makhluk yang mampu mengatur kehendak Allah swt sekalipun dengan kekuatan ilmu dan teknologi yang dikuasainya untuk menghentikan gerhana.
Dalam al Quran terdapat surat yang bernama al Qomar (bulan) yang berisi tentang kehancuran umat-umat Nabi sebelumnya yang dihancurkan dan dibinasakan oleh Allah swt dengan beragam bencana karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para Nabinya. Fenomena gerhana bulan adalah cara Allah untuk mengingatkan hambanya agar semakin mendekat dan kembali kepada Allah, kita tidak tahu bencana apa yang akan terjadi pada manusia, melalui pesan alam ini. Karena itu banyaklah meminta ampun atas segala dosa dan kesalahan. Serta bersedekahlah, karena sedekah itu menolak bala bencana.
Tiadalah bencana itu terjadi kecuali karena dosa manusia
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura, Ayat 30).
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum, Ayat 41)
Fenomena gerhana bulan seakan ingin menyampaikan pesan bahwa dosa manusia sudah keterlaluan dan telah melupakan Tuhan Sang Maha Pengatur dengan lebih mengutamakan rasionalitas dan kecanggihan tekhnologi. Maka fenomena gerhana bulan ini seakan melemahkan rasionalitas teknologi itu dan kemudian tunduk pada kekuasaan Allah. Sehingga saat gerhana diperintahkan untuk memperbanyak takbir (membesarkan Allah), berdoa meminta (tanda kelemahan), beristighfar atas segala salah dan kesombongan seraya bersujud merendahkan diri dihadapan Allah swt. Inilah kiranya pesan Alam di balik temaram gerhana. Wallahu a’lam. (yan)
***
Akhmad Muwafik Saleh, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar Tlogomas Malang ; Dosen FISIP UB, Sekretaris KDK MUI Propinsi Jawa Timur, Motivator Nasional Bidang Komunikasi Pelayanan Publik, Penulis 16 Buku Best Seller