Riska Amelia Agustina. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Dua rider muda asal Kota Batu benar-benar tampil garang di kandang sendiri. Dalam sesi seeding run seri 3 Kejuaraan Sepeda Gunung 76 Indonesian Downhill (IDH) 2025 di Sirkuit Klemuk, Kelurahan Songgokerto, Sabtu (25/10/2025), Fajar Abdul Rahman dan Pandu Satrio Perkasa sama-sama mencatat waktu tercepat di kelasnya.
Fajar bersama Spartan Racing Team tampil luar biasa di kelas Men Junior dengan waktu 2 menit 5 detik. Catatan itu unggul tipis dari Nazwa Agazani di posisi kedua dengan waktu 2 menit 9 detik, dan Dimas Aradhana di urutan ketiga dengan 2 menit 12 detik.
Sementara Pandu dari Sego Anget Racing Team yang turun di kelas Elite Men, sukses menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 2 menit 2 detik. Ia mengungguli Putra Ganda Arrozak dan Rendy Varera, yang sama-sama mencatat waktu 2 menit 3 detik.
Meski sempat diragukan lantaran hanya mengandalkan sepeda jenis single crown, Pandu justru berhasil menaklukkan lintasan paling ekstrem di ajang ini.
“Faktor kuncinya ketenangan dan bisa lebih menguasai sepeda. Sepeda saya memang berbeda, pakai tipe single crown. Kalau rider lain rata-rata pakai double crown,” ujar Pandu.
Dengan spesifikasi sepeda itu, Pandu mengaku punya keunggulan di bagian atas lintasan yang lebih teknikal. “Kalau di atas saya bisa lebih cepat, tapi di section bawah harus lebih nahan karena karakter sepedanya liar. Kalau sepeda double crown karamternya lebih stabil,” tambahnya.
Meski kondisi sepedanya lebih liar, Pandu mengaku lebih senang dan nyaman menggunakan jenis sepeda itu. Di sesi final, dirinya akan kembali menggunakan sepeda tersebut.

Pandu Satrio Perkasa saat menampilkan aksinga di track Klemuk. (Foto: Istimewa)
Rider 19 tahun ini tak sekadar tampil cepat, tapi juga penuh perhitungan. Ia menyebut kondisi lintasan di Klemuk cukup berat akibat hujan beberapa hari ini. “Kondisi track hancur parah. Jadi saya lebih banyak melakukan visualisasi sebelum turun. Pas di lintasan, saya bisa lebih tenang dan tahu kapan harus lepas atau kontrol,” ungkapnya.
Bagi Pandu, lintasan Klemuk bukan hal baru. Hampir setiap hari ia berlatih di jalur tersebut. Namun kali ini tantangannya berbeda. “Biasanya kalau kering bisa ‘ngelos’ tanpa rem, sekarang harus lebih hati-hati karena basah dan licin,” katanya.
Tambahan 100 poin dari hasil seeding run membuat posisi Pandu naik. Meski begitu, ia masih realistis soal peluang juara umum. “Kayaknya belum bisa kejar yang nomor satu. Tapi posisi dua masih mungkin,” ucapnya.
Sebagai rider tuan rumah, Pandu mengaku punya motivasi tersendiri. “Saya harus bisa membuktikan bisa menaklukkan track ini. Apalagi tahun ini pertama kali turun di kelas Elite Men, saya ingin nunjukin kalau proses nggak harus lama-lama,” ujarnya.
Sementara di kelas Women Elite, rider andalan Marinbike, Riska Amelia Agustina juga tampil trengginas. Ia mencatat waktu tercepat 2 menit 26 detik, unggul cukup jauh dari para pesaingnya.
“Alhamdulillah bisa finish dengan selamat dan hasilnya cukup baik. Lintasannya rusak pasca hujan, bahkan tadi juga sempat ada kesalahan sedikit,” ujarnya.
Riska mengaku sangat menyukai karakter sirkuit Klemuk. “Track-nya pendek tapi curam, banyak obstacle menantang dan teknikal banget. Di beberapa section malah ada kemiringan negatif yang butuh skill tinggi,” jelasnya.
Meski tampil dominan, Riska justru menahan diri agar tidak jadi starter terakhir di sesi final run. “Tadi sebenarnya saya agak ngerem supaya nggak start paling belakang, tapi ternyata masih unggul ya sudah, dinikmati saja,” katanya.
Ajang IDH Seri 3 di Klemuk ini juga menjadi ajang pemanasan jelang SEA Games mendatang. Beberapa rider dari negara lain yang turun di sini merupakan calon lawan Riska di ajang regional tersebut.
“Senang banget bisa ketemu mereka di sini. Jadi bisa ukur kemampuan masing-masing. Saya lebih fokus ke prosesnya, hasil biar nanti mengikuti,” tuturnya.
Dengan hasil seeding run ini, tensi kompetisi jelang final run Minggu (26/10/2025) dipastikan semakin panas. Para rider papan atas akan kembali beradu kecepatan di jalur sepanjang 1,5 kilometer dengan obstacle dan turunan ekstrem khas Klemuk. (Ananto Wibowo)




