MALANG POST – Koordinator Forum Sungai Brantas Malang Raya, Dodi Eko Wahyudi, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk menyampaikan, berdasarkan hasil susur sungai pada Oktober 2025, masih ditemukan sampah di sepanjang aliran sungai.
Walaupun begitu, dari titik nol sungai Brantas sampai Dam Sengkaling, tidak ditemukan bantaran sungai yang dijadikan tempat pembuangan sampah.
“Justru yang kami temukan permasalahan terbesarnya adalah, pengambilan air sungai secara masif untuk keperluan pertanian memakai mesin penyedot dan pompa berkapasitas besar. Hingga menyebabkan penurunan debit air yang signifikan,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (21/10/2025).
Pihaknya juga menemukan pencemaran dari limbah rumah tangga dan industri di Sungai Brantas.
Karena itu, tambahnya, harus ada perhatian serius dari pemerintah untuk mencari solusi, agar kegiatan pertanian bisa berjalan tanpa menganggu aliran sungai.
Koordinator Sektor Kota Malang dari Forum Sungai Brantas, Harianto atau cak Ndan, menambahkan, kondisi Sungai Brantas di Kota Malang kontras dengan kondisi di Kota Batu dalam hal pencemaran sampah. Hampir di semua jembatan yang melintasi sungai Brantas di Kota Malang, ditemukan pembuangan sampah.
“Kompleksitas permasalahan di Kota Malang yang lebih tinggi dibandingkan Kota Batu dan Kabupaten Malang, karena tingginya jumlah pendatang,” sebutnya.
Kampus-kampus yang mendatangkan banyak orang ke Kota Malang, dinilai belum optimal dalam keterlibatan program pengabdian masyarakat. Terutama untuk pengelolaan sungai.
Menurut Cak Ndan, permasalahan sungai tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan dinas terkait seperti DLH atau Jasa Tirta. Tetapi memerlukan keterlibatan semua pihak secara berkelanjutan.
“Budaya masyarakat yang menganggap sungai sebagai tempat pembuangan perlu diubah, melalui kampanye terus-menerus dan pemanfaatan kearifan lokal seperti tradisi mitoni,” tegasnya.
Sementara itu, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Islam Negeri Malang, Barqhadini Ayuningsih, ST., MT., menyampaikan, pencemaran Sungai Brantas sangat merugikan. Karena sungai menjadi sumber air bersih untuk masyarakat.
“Itulah sebabnya dibutuhkan edukasi pada masyarakat, soal pemanfaatan sampah menjadi ekonomi sirkular. Seperti mengolah sampah organik menjadi kompos,” tandasnya.
Ayu juga melihat, limbah industri dari peternakan yang ditemukan di sekitar Sungai Brantas, bisa menyebabkan eutrofikasi di badan sungai dan meningkatkan pertumbuhan algae.
Pihaknya mengusulkan, untuk mengendalikan limbah rumah tangga, harus ada sistem pengolahan desentralisasi dimana air bekas cucian bisa ditampung dan diolah kembali, untuk keperluan penyiraman tanaman atau kegunaan lain. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)




