
MALANG POST – Kisah inspiratif datang dari pasangan suami istri asal Kota Batu. Berawal dari berjualan es campur di pinggir jalan, mereka kini berhasil mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Mekah.
Perjuangan luar biasa itu datang dari seorang Muhammad Said (86) dan Kasiatun (82). Sehari-hari mereka berjualan es campur di Gang Kauman, Kelurahan Sisir, tepatnya di samping Masjid Agung An-Nur Kota Batu.
Mbah Said, sapaan akrab Muhammad Said telah berjualan es campur sejak 70 tahun lalu, tepat saat usianya baru menginjak 16 tahun. Setelah 70 tahun berjualan es campur, Mbah Said berhasil mewujudkan mimpinya untuk menunaikan Ibadah Haji.
Mbah Said yang merupakan warga Jalan Panglima Sudirman, Gang 4, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu tersebut sudah mendaftar haji sejak 2019 silam. Mbah Said dan istrinya tergabung dalam kloter 81, yang merupakan gabungan jemaah dari Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang.
Mereka dijadwalkan masuk Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada 24 Mei 2025, kemudian berangkat ke Tanah Suci pada hari berikutnya yakni 25 Mei 2025. ”Saya ya kerjanya cuma ini, menabung 30 ribu kadang 50 ribu sehari,” tutur Mbah Said, Jumat (9/5/2025).
Sosok Mbah Said masih segar bugar, meski telah berusia lanjut. Mbah Said mulai berjualan sejak Tahun 1954. Dengan tangan yang mulai gemetaran, pria ramah ini melayani pelanggannya hingga sekarang.
”Saya jualan mulai umur 16 tahun, waktu itu masih berharga Rp60 sen satu mangkok,” tambahnya.

LAYANI PEMBELI: Mbah Said saat melayani pembeli es campur miliknya. Dari berjualan es campur, dia berhasil berangkat Haji tahun ini. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Mbah said memiliki dua anak lima cucu dan enam buyut. Dari ketekunannya menjual es campur itu, dia juga berhasil bertahan hidup selama puluhan tahun. Bahkan dia juga bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
”Sekarang satu mangkok seharga Rp6 ribu. Saya akan terus berjualan hingga raga tidak kuat. Doakan nanti lancar saya beribadah haji,” ujarnya.
Mbah Said pun sangat bersyukur bisa menunaikan ibadah haji tahun ini setelah puluhan tahun menyisihkan uang dari hasil berjualan es. Untuk menjaga kondisi fisik, Muhammad Said bersama istrinya rutin berolahraga dengan berjalan kaki di sekitar rumah setiap pagi.
Lebih lanjut, Mbah Said juga mengisahkan, bahwa dia berjualan es campur dengan meminta modal dari orang tua. Saat itu dia ingin menikah namun tidak memiliki pekerjaan. Karena rumahnya berdekatan dengan Alun-alun Kota Batu yang waktu itu juga berfungsi sebagai pasar. Dia nekat berjualan pecah belah sebelum jualan Es Campur.
“Saat itu saya diberi modal oleh orang tua sebesar Rp1000. Lalu saya belanjakan bahan-bahan. Dari modal Rp1000 itulah saya bisa menghidupi keluarga saya hingga saat ini,” tuturnya.
Mbah Said sempat berdagang keliling sebelum kemudian menemukan tempat yang dipakainya berjualan sampai sekarang.
“Pindah kesini itu kira-kira tahun 1985. Dulu masih sepi. Tapi Alhamdulillah sejak Batu jadi kota wisata itu sekarang jadi ramai,” ujarnya.
Meski Kota Batu dikenal dengan kota yang cenderung dingin. Menurut Mbah Said, dengan kombinasi ketan hitam dan tape yang ada di dalam es campur racikannya, membuat es campur tersebut tidak sepenuhnya dingin ketika masuk ke tubuh.
“Dengan kombinasi ketan hitam dan tape, membuat tubuh sedikit hangat ketika menikmati es campur ini,” tutupnya. (Ananto Wibowo)