
Suasana Briefing Media dalam kegiatan AOA Fresh Milk Sourcing Workshop di Grand Mercure Malang, Senin (5/5/2025). (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Tingkat produksi susu sapi perah peternak di Indonesia masih rendah. Demikian juga tingkat konsumsi susu penduduk Indonesia masih rendah. Di bawah Malaysia dan Vietnam.
Tingkat konsumsi susu di Indonesia sekitar 16 liter per orang per tahun. Sedang Malaysia 50 liter per orang per tahun dan Vietnam 20 liter per orang per tahun. “Saat ini sebagian besar susu kita masih impor. Kurang lebih 80 persen,” kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian RI, Merrijanti Punguan Pintaria.
Merri, sapaan akrabnya, mengatakan itu dalam Media Briefing kegiatan Asia Oceania Afrika (AOA) Fresh Milk Sourcing Workshop di Grand Mercure Hotel Malang, Senin (5/5/2025). Kegiatan workshop ini berlangsung seminggu. Yaitu 5-13 Mei 2025 dan diikuti peserta dari 8 negara.
Selain Merri, narasumber lain adalah Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan Kementerian Koordinator Bidang Pangan Republik Indonesia, Karsan, S.Sos., M.M,
Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia, Sufintri Rahayu, dan Technical Director PT Nestlé Indonesia, Antonio Prochilo, serta Sustainable Agriservice Advisor PT Nestlé Indonesia, Syahrudi.
Menurut Merri, guna meningkatkan produksi susu nasional, pemerintah selain terus memberikan pembinaan bagi peternak agar produksi ternak sapi perahnya meningkat, juga merepopulasi sapi perah. Yaitu, dalam kurun waktu 5 tahun akan ada program impor sapi perah bunting sebanyak sejuta ekor.
Sapi perah yang diimpor bukan hanya dari Selandia Baru, tetapi juga dari negara lain. Yaitu, Brasil dan Amerika. “Saat ini para stake holder telah dikumpulkan untuk membahas program ini,” jelasnya.
Tahap pertama sapi perah impor akan datang kapan dan berapa jumlahnya, Merri belum mengerahui. Tetapi, itu tergantung dari kesiapan negara asal. Karena saat ini, negara asal sapi juga masih membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri.
Merri optimistis, meningkatnya produksi susu menyusul program repopulasi sapi itu tak berdampak terhadap pabrikan pengolah susu. Pabrikan-pabrikan itu tetap akan mampu menampung susu dari para peternak. Sebab, tingkat utilasi dari pabrikan itu berkisar 71 persen. “Jadi pabrik masih mampu mengolahnya,” ujar Merri.
Sementara itu dari Nestle, Sufintri Rahayu dan Syahrufi, menegaskan tentang komitmen perusahaannya. Saat ini Nestle telah bermitra dengan 14.000 peternak sapi perah. Menurut Sufintri, dalam kurun 50 tahun di Jatim, dan sekarang juga bermitra dengan peternak di Jateng, Nestle dengan peternak mitranya, bukan hanya sekadar hubungan dagang.
Tetapi lebih dari itu, lanjut Sufintri, Nestle berkomitmen untuk memberdayakan peternak sapi perah mitranya dalam meningkatkan dan pengembangan produksi susu yang berkualitas.
Nestle juga berkomitmen mendukung program pemerintah dalam Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan produk-produknya. “Nestle berkomitmen membantu pemerintah dan peternak dalam peningkatan, pengembangan dan profesionalisme dalam berkompetisi secara global”, ungkap Surfintri Rahayu.
Saat ini, Nestle memiliki lebih dari 2.000 merek produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen di setiap tahap kehidupan, yang diproduksi di 337 pabrik, termasuk di Indonesia. Operasional Nestle terbagi menjadi tiga zona wilayah, yaitu Americas, Europe, serta Asia, Oceania dan Africa (AOA).
Operasional di tiga zona itu didukung lebih dari 277.000 karyawan di seluruh dunia dan bekerja sama dengan ratusan ribu petani. Termasuk para peternak sapi perah, petani kopi, dan biji-bijian di Indonesia
Untuk meningkatkan profesionalitas dan kapabilitas peternak itu, lanjut Sufitri, Nestle mengadakan AOA workshop ini. Dan Nestle Indonesia terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan workshop ini yang juga sebagai bagian dari komitmen global untuk mencapai pengurangan emisi karbon hingga 50 persen pada 2030.
Selama seminggu, peserta akan mengikuti pelatihan tentang standar terbaru Fresh Milk Sourcing dari Nestle Global, yang mencakup penerapan Regenerative Agriculture, Human Rights, serta Youth & Agripreneurship Framework.
Selain sesi pelatihan, 30 peternak dari perwakilan negara Asia Oceania dan Afrika juga akan melakukan kunjungan lapangan ke peternak sapi perah rakyat di Malang. Di peternakan sapi perah di Malang ini, mereka akan belajar langsung mengenai praktik pengelolaan limbah ternak serta mengunjungi fasilitas produksi susu Nestlé Indonesia di Pabrik Kejayan.
Sebagai rangkaian dari kegiatan ini, akan dilanjutkan dengan International Soil Training yang bertujuan untuk berbagi keahlian, mendukung adopsi praktik pertanian regeneratif. Serta, memperkuat dampak positif bagi komunitas lokal.
Perwakilan dari pemerintah, Merri dan Karsan mengapresiasi AOA Fresh Milk Sourcing Workshop dalam meningkatkan produksi susu di Indonesia ini. Karsan berharap AOA Fresh Milk Sourcing Workshop mampu meningkatkan kesejahteraan peternak, juga membantu pemerintah dalam memenuhi susu dalam negeri untuk program MBG. (Eka Nurcahyo)