
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Adi Slamet Kusumawardana, M.Si., (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Adi Slamet Kusumawardana, M.Si., tengah menempuh pendidikan doktoral di The University of Queensland, Australia.
Studi ini ia jalani sejak Oktober 2024 dengan target penyelesaian dalam empat tahun. Ini etelah berhasil meraih Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Keputusan saya memilih Australia, khususnya kota Brisbane, didasarkan pada kualitas akademik dan kesesuaian bidang riset.”
“University of Queensland merupakan salah satu dari lima kampus terbaik di Australia, dan memiliki perhatian riset yang kuat pada bidang riset operasi, sesuai dengan keilmuan saya,” ucap Adi.
Selain faktor akademik, ia juga ingin membangun jejaring internasional untuk memperluas kontribusi akademiknya di masa depan. Tentu saja perjalanan memperoleh beasiswa tidaklah mudah.
Adi memulai dari persiapan sertifikat IELTS, memilih kampus yang tepat, hingga akhirnya memperoleh Letter of Offer (LoE). Setelah itu, ia mendaftarkan diri ke program beasiswa BPI dan dinyatakan lolos pada tahap kedua seleksi di akhir 2023.
“Saat ini saya tengah fokus pada penelitian bertema optimasi penjadwalan di institusi pendidikan. Topik ini memiliki kompleksitas tinggi karena melibatkan banyak kepentingan.”
“Seperti peserta didik, pengajar, hingga kebutuhan kurikulum, sementara keterbatasan ruang dan waktu menjadi tantangan yang nyata. Optimasi ini tidak hanya penting untuk universitas, tetapi juga sangat relevan diterapkan di tingkat sekolah menengah,” katanya.
Namun, pengalaman studi di luar negeri tidak sepenuhnya mudah. Meskipun sempat berkunjung ke Australia pada 2020, Adi tetap mengalami tantangan adaptasi, terutama dalam lingkungan multikultural dan sebagai minoritas muslim.
Ia mengungkapkan sulit menemukan tempat salat dan makanan halal membuatnya lebih sadar akan pentingnya adaptasi dan rasa syukur. Ia juga menyadari bahwa standar akademik di Australia jauh lebih tinggi.
Terutama dalam kemampuan menulis ilmiah, analisis data, dan pemrograman matematis, yang menuntut mahasiswa S3 untuk menguasainya sejak awal studi.
Kehidupan sosial dan sistem pendidikan di Australia turut meninggalkan kesan mendalam baginya. Ia mengagumi kemudahan akses fasilitas publik seperti taman, perpustakaan di hampir setiap distrik, serta perhatian serius terhadap kesehatan mental mahasiswa. Fasilitas ini mendukung keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi.
Ke depan, Adi berharap studinya tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan pribadi, tetapi juga berkontribusi nyata bagi UMM, baik dalam bentuk kerja sama riset, pertukaran akademik, maupun membangun jaringan internasional.
“Saya ingin menjadi jembatan penghubung antara UMM dan institusi luar negeri, termasuk The University of Queensland. Studi ini bukan hanya tentang meraih gelar, tetapi juga tentang membangun kontribusi yang lebih luas untuk institusi dan bangsa,” ujar Adi. (*M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)