MALANG POST – Pada Desember 2024, Kota Malang masih terjadi inflasi. Sekalipun tekanan inflasi tersebut, tercatat masih terkendali.
Dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Desember 2024, mengalami inflasi bulanan sebesar 0,46 persen (mtm). Jumlah itu meningkat dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen (mtm).
Dengan capaian tersebut, Kota Malang tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 1,36 persen (yoy/ytd).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Febrina dalam rilisnya yang diterima Malang Post, menjelaskan, inflasi periode Desember 2024, terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, dengan andil 0,40 persen % (mtm).
“Sedangkan dari kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil 0,02 persen (mtm), kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran dengan andil 0,02 persen (mtm), kelompok transportasi dengan andil 0,01 persen (mtm) dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya dengan andil 0,01 persen (mtm),” jelasnya.
Jika dilihat dari sisi komoditas penyebabnya, tambah Febrina, inflasi terbesar Kota Malang didorong oleh kenaikan harga komoditas telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Masing-masing dengan andil 0,10 persen, 0,09 persen, 0,06 persen, 0,06 persen dan 0,02 persen (mtm).
Kenaikan harga telur ayam ras, turut didorong oleh peningkatan permintaan pada momen Nataru. Kenaikan harga bawang merah, terjadi seiring dengan telah usainya masa panen yang mempengaruhi jumlah pasokan.
Selanjutnya kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit, masih sebutnya, lebih disebabkan oleh tinggginya curah hujan sehingga banyak petani gagal panen dan mempengaruhi pasokan.
“Di sisi lain, peningkatan komoditas minyak goreng dipicu oleh peningkatan harga CPO dunia serta berakhirnya DMO yang berdampak pada kenaikan harga minyak curah,” sebut alumni UGM ini.
Perempuan dengan dua putra itu lantas menyebut, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas alpukat, daging ayam ras, emas perhiasan, beras dan kentang. Masing-masing dengan andil -0,01 persen (mtm).
Penurunan harga komoditas beras, tegas Febrina, terjadi seiring stok yang memadai di pasar. Adapun penurunan harga daging ayam ras terjadi seiring terjadinya overstock populasi ayam. Sementara penurunan harga komoditas emas perhiasan berlangsung seiring dengan turunnya harga komoditas emas dunia.
Tekanan inflasi yang masih tetap terkendali tersebut, tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID. Diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi. Seperti telaksanaan HLM TPID, pada Selasa (17/12/2024), dalam rangka menjaga stabilitas harga komoditas menjelang HBKN Natal Tahun 2024 dan Tahun Baru 2025.
Kemudian juga dilaksanakannya sidak pasar bersama Menteri Perdagangan, pada 19 Desember 2024, untuk pemantauan harga dan stok barang kebutuhan pokok dan penting (Bapokting) menjelang Nataru 2024.
TPID juga membuat Iklan Layanan Masyarakat, guna mengimbau Belanja Bijak menjelang momen Nataru 2024. Ditambah pelaksanaan GPM pada 2-13 Desember 2024 pada 10 titik di wilayah Kota Malang.
Termasuk juga dengan memantau harga bahan pangan pokok selama bulan Desember 2024. Serta menggelar rapat koordinasi rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri selama Desember 2024.
Hal itu ditambah dengan terus diperkuatnya sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia. Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi tahun 2025 dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/Ra Indrata)