MALANG POST – Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di wilayah kerja (wilker) Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang diperkirakan berkurang pada tahun 2025. Berkurangnya tidak banyak dari jumlah saat ini.
Pada tahun 2024, jumlah entitas bank di OJK Malang adalah Bank Umum Konvensional (BUK) sebanyak 34, BPR mencapai 50, BPR Syariah dan Bank Umum Syariah (BUS) masing-masing 6 bank.
“Tahun 2025 diperkirian BPR di wilayah kerja OJK Malang memang berkurang. Tetapi tidak banyak. Ya, nanti tinggal sekitar 45,” ujar Kepala Kantor OJK Malang, Biger A Maghribi, di acara Dialog Akhir Tahun 2024 dan Journalis Class, Senin (16/12/2024).
Terkait BPR ini, Biger menyampaikan bahwa di wilayah kerja OJK Malang akan ada investor asing yang berminat mengakuisisi BPR untuk dijadikan BPR digital. Investornya dari India.
Menurut Biger, sejumlah faktor yang membuat berkurangnya jumlah BPR itu. Diantaranya, persoalan permodalan, tata kelola ATM dan lainnya. “Salah satu syarat untuk jadi BPR adalah modal minimalnya Rp 6 miliar. Sedang BPRS Rp 3 miliar, dan tahun 2025 modal BPRS naik. Yaitu Rp 6 miliar. Kalau modalnya kurang dari Rp 6 miliar, maka BPR itu akan bisa berubah menjadi Lembaga Keuangan Mikro (LKM),” jelasnya.
Sementara terkait perkembangan sektor perbankan, menurur Biger bahwa sektor perbankan mengawali Triwulan IV/2024 dengan baik. Kredit perbankan tumbuh 2,16 persen dari bulan sebelumnya, mencapai Rp103,32 triliun pada akhir bulan Oktober 2024.
Kredit utamanya disalurkan untuk kebutuhan modal kerja (porsi: 43,01 persen) dan diikuti oleh kebutuhan investasi (porsi: 25,66 persen). Penghimpunan dana juga tumbuh positif sebesar 0,71 persen mtm atau 7,40 persen yoy menjadi Rp101,91 triliun dengan tingkat LDR sebesar 101,39 persen.
Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL perbankan per Oktober 2024 sebesar 2,49 persen atau meningkat 0,11 persen yoy. Kredit restrukturisasi melanjutkan penurunan dengan rasio Loan at Risk mencapai 7,38 persen atau menurun 1,13 persen yoy.
Penyaluran kredit dan/atau pembiayaan di wilayah kerja OJK Malang masih tertuju kepada 3 (tiga) sektor ekonomi utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran (Rp21,48 triliun; porsi: 20,79 persen), Industri Pengolahan (Rp18,37 triliun; porsi: 17,78 persen), dan Untuk Pemilikan Peralatan Rumah Tangga Lainnya (termasuk pinjaman multiguna) (Rp15,89 triliun; porsi: 15,38 persen).
Di sisi lain, sektor ekonomi dengan tingkat kredit dan/atau pembiayaan bermasalah tertinggi adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (29,36 persen), Perantara Keuangan (11,56 persen), dan Untuk
Pada sektor Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan September 2024 mencapai Rp 3,04 triliun. Atau tumbuh 4,19 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, dana pensiun tercatat mengalami penurunan aset sebesar 2,22 persen yoy dengan nilai aset sebesar Rp 224 miliar per Agustus 2024. Namun di sisi lain mencatat peningkatan investasi sebesar 3,11 persen yoy menjadi Rp 210 miliar.(Eka Nurcahyo)