MALANG POST – Akhir November tahun 2024, Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan delapan Guru Besar. Bertempat di gedung Samantha Krida, Kamis (28/11/2024).
Kedelapan guru besar lintas keilmuan adalah Profesor Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD merupakan professor aktif ke-210. Profesor Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D professor ke-211. Prof. Dr. Herly Evanuarini, S.Pt., MP professor aktif ke-213 dan prof. Dr. Irwan Noor, MA professor aktif ke-214 di UB.
Kemudian, Prof. Dr. rer. nat. Abdurrouf, S.Si., M.Si., profesor aktif ke-209 di UB dan ke-29 di FMIPA. Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., profesor aktif ke-212 di UB dan ke-24 di FPIK. Prof. Dr. M.R. Khairul Muluk, S.Sos., M.Si., profesor aktif ke-215 di UB dan ke-13 di FIA. Prof. Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., M.T., profesor aktif ke-216 di UB dan ke-25 di FPIK.
Prof afifah Kusumadara dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang Hukum Perdata Internasional. Dia menyampaikan pidato ilmiah dengan judul Model P3P untuk Penyelesaian Sengketa berdasar Pilihan Pengadilan.
Menurutnya P3P termasuk model baru karena hukum Indonesia tidak mengatur tentang kewenangan pengadilan asing yang sering dipilih para pihak dalam kontrak internasional.
Hal ini tidak diatur dalam peraturan perundangan Indonesia, karena Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata lebih mengutamakan prinsip penggugat menggugat di tempat tergugat, daripada di pengadilan yang dipilih para pihak.
“Oleh karena itu, model yang ditawarkan di sini akan dapat menciptakan kepastian hukum dan memberikan penyelesaian sengketa yang efisien untuk menarik investor asing serta menaikkan peringkat Business Ready Indonesia,” imbuhnya.
Namun di sisi lain, model ini mungkin dapat menimbulkan keresahan pada para hakim Indonesia yang ingin mempertahankan kekuasaan kehakiman yang diberikan oleh Konstitusi.
Profesor Ir. Agus Suharyanto dikukuhkan sebagai profesor di bidang Sumber Daya Air Berkelanjutan menawarkan Model Hietograf-Hidrograf Banjir.
Model ini menggunakan citra satelit penginderaan jauh untuk mengestimasi suhu permukaan lahan (bumi). Serta melakukan analisis hidrograf (aliran air permukaan) kaitannya dengan perubahan iklim.
Apalagi banjir merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun di beberapa wilayah Indonesia. Fenomena ini sangat merugikan seluruh sendi kehidupan masyarakat terdampak yang akhirnya harus mengorbankan harta benda bahkan kehilangan nyawa, sehingga mungkin metode yang diberikan oleh prof agus menjadi solusinya.
Penelitian terkait LST ini ia lakukan di Kota Malang, Kota Batu, Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, Sampang dan Tuban. Pada penelitiannya, Prof Agus ini disimpulkan pula bahwa makin tinggi imp (lapisan tidak tembus air), maka debit aliran air permukaan yang tejadi juga semakin besar. Lapisan tidak tembus air ini seperti gedung, aspal, beton.
Untuk mengatasi hal tersebut bisa digunakan sumur resapan dan kolam detensi yang cukup signifikan mengontrol banjir di suatu wilayah.
Prof Dr Irwan Noor MA dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) pada pidato pengukuhan profesor di bidang inovasi pemerintahan lokal saat rapat senat terbuka menyampaikan tema “Wish Model: Integrasi dan Harmonisasi kearifan lokal serta spiritual untuk inovasi berkelanjutan dalam pemerintahan”.
“Ukurannya satu daerah dengan daerah yang lain adalah Inovasi,” jelasnya. Hanya saja daerah-daerah yang inovasi berdasarkan penelitian selama 14 tahun ternyata rata-rata para kepala daerah di daerah inovasi berhadapan dengan hukum, tambahnya.
“Dari sinilah ada sebuah kesimpulan kalau kebijakan-kebijakan inovasi lebih banyak mengarah keinginan pemimpin daerah dibandingan masyarakat,” ujarnya. Ini membuktikan kalau ini menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan sebagai obyek, imbuhnya.
Sedangkan Prof Dr Herly Evanuarini S.Pt.,MP dalam pidato pengukuhannya sebagai profesor dalam Bidang Ilmu Teknologi Pengolahan Hasil Ternak menyampaikan tema silofa Tehnologi Emulsi Low Fat Mayonnaise dengan penggunaan penstabil alami sebagai pangan fungsional.
“Saat ini tidak trendnya asal kenyang dan banyak produk emulsi salah satunya mayonnaise. Banyak yang tidak tahu kalau Mayonnaise full fat. Tentu saja ini jadi tantangan dan dibutuhkan pengelmusi dari kuning telur guna menyeimbangkan,” tandasnya.
Prof. Dr. rer. nat. Abdurrouf, S.Si., M.Si., dari FMIPA, dalam pemaparannya menjelaskan soal “Pemahaman Interaksi Molekul dan Laser dengan Model AIFT”.
Model AIFT yang Ia gunakan, untuk mempelajari interaksi molekul gas dengan medan laser, yang diharapkan bisa menjadi landasan untuk pengembangan teori terkait pembangkitan sinyal harmonik tinggi pada molekul gas maupun material lainnya.
“Model ini memberikan kontribusi signifikan dalam memahami fenomena seperti ionisasi, disosiasi, hingga pembangkitan sinyal harmonik tinggi (High Harmonic Generation).”
“Kami juga mengeksplorasi aplikasi AIFT untuk sistem termal atau yang dipengaruhi medan luar, guna memperkuat kemajuan sains dan teknologi di Indonesia,” jelasnya.
Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., dari FPIK, dalam pemaparannya menjelaskan soal Teknologi Eko-Akuatik melalui Konsep Brawijaya (Biofilm as Regulator of Adsorption-Desorption for Water Pollution, Justifiable Aquatic Yield, and Sustainability), yang digunakan untuk inovasi teknologi Eko-Akuatik.
Ia menyampaikan bahwa pendekatan inovatif tersebut mendukung keberlanjutan ekosistem perairan dan pengelolaan polusi air.
Ia juga berkomitmen untuk menciptakan solusi berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air dan ekosistem akuakultur.
Sedangkan Prof. Dr. M.R. Khairul Muluk, S.Sos., M.Si., dari FIA, memaparkan soal Model Desentralisasi Dinamis untuk Era BANI.
Ia menghadirkan solusi sistemik dalam menghadapi tantangan era BANI (Brittle, Anxious, Non-linear, Incomprehensible).
Prof. Khairul Muluk mengusulkan model Desentralisasi Dinamis, yang menjaga keseimbangan antara efektivitas pemerintahan pusat dan kemandirian pemerintahan daerah.
Model tersebut memungkinkan pemerintah daerah tetap kokoh, meskipun sistem pusat menghadapi krisis. Seperti yang pernah terjadi selama krisis moneter 1998.
Untuk Prof. Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., M.T., dari FPIK, dalam pemaparannya menjelaskan soal FishHab-Spatial Dynamic: Pemetaan Habitat Ikan dengan Pendekatan Spasial-Temporal, dengan mengembangkan model FishHab-Spatial Dynamic.
Faktor oseanografi seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a, memengaruhi distribusi ikan dan produktivitas perairan.
“Fenomena upwelling di Samudra Hindia bagian selatan Bali menjadi indikator kesuburan perairan dan kelimpahan ikan,” jelas Prof. Abu Bakar.
Ia berharap model tersebut dapat mendukung pengelolaan sumber daya laut yang lebih optimal dan berkelanjutan.
Dengan kembali dikukuhkannya delapan profesor tersebut, semakin membuktikan komitmen UB Malang, untuk mencetak akademisi unggul yang memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Bangsa.
Pasalnya kedelapan Profesor tersebut dinilai membawa kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, mulai dari fisika molekuler hingga pengelolaan ekosistem dan pemerintahan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)