MALANG POST – Tekanan inflasi Kota Probolinggo pada Oktober 2024, masih terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID, yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Probolinggo, pada Oktober 2024 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,2 persen (mtm). Meningkat dibanding bulan sebelumnya, yang mengalami deflasi sebesar -0,01 persen (mtm).
“Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,93 persen (yoy) dan 1,37 persen (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan periode Oktober 2024 di Kota Probolinggo masih terkendali di kisaran rentang sasaran inflasi,” sebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Malang, Febrina, dalam rilis yang diterima Malang Post.
Inflasi periode Oktober 2024, terutama didorong oleh kenaikanharga pada kelompok perawatan pribadi & jasa lainnya dengan andil 0,11 persen (mtm); kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,06 persen (mtm).
Juga dari kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin RT dengan andil 0,02 persen (mtm), dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0.02 persen (mtm). Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dengan andil -0,03 persen (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, telur ayam ras, dan bawang merah masing-masing dengan andil 0,08 persen, 0,05 persen, 0,03 persen, 0,02 perse dan 0,01 persen (mtm).
“Kenaikan harga komoditas emas, terjadi seiring meningkatnya harga emas dunia. Adapun kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras terjadi seiring kenaikan harga pakan unggas,” tegasnya.
Sementara kenaikan harga bawang merah dan tomat, terjadi seiring dengan telah berlalunya masa panen sehingga berdampak pada penurunan pasokan.
Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi terutama pada bensin, daun bawang, cabai rawit, kentang, dan terongmasing-masing dengan andil -0,03 persen, -0,02 persen, -0,02 persen, -0,02 persen dan -0,01 persen (mtm).
“Penurunan harga pada komoditas bensin terjadi seiring penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Sedangkan penurunan harga komoditas daun bawang, cabai rawit, kentang, dan terong seiring masih banyaknya hasil panen pada komoditas-komoditas tersebu,” sebut alumni UGM ini.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/Ra Indrata)