MALANG POST – Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terus dikampanyekan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu. Tujuannya untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan warga baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Salah satunya PHBS di rumah tangga. adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di rumah tangga perlu diwujudkan untuk mencapai rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di antaranya, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Kemudian menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.
“Berdasarkan data tahun 2023, prosentase PHBS rumah tangga di Kota Batu masih belum memenuhi target. Prosentase PHBS masih diangka sekitar 59 persen dari target 65 persen,” tutur Tenaga Kesehatan Promosi dan Ilmu Perilaku Ahli Muda Dinkes Kota Batu, Ni’matul Khoiriyah, Kamis (26/9/2024).
Kenapa target tersebut belum terealisasi? Sebab dari 10 indikator PHBS tersebut, jelasnya ada dua indikator yang belum tercapai, yakni indikator asi ekslusif dan merokok di dalam rumah.
“Untuk melihat PHBS maka 10 indikator harus terpenuhi. Jadi misalkan ada satu indikator saja dimana dalam satu kelurahan ada yang merokok, maka secara otomatis dikatakan tidak sehat dan menggugurkan indikator lainnya,” jelasnya.
Hingga akhir 2024 pihaknya berharap ada peningkatan prosentase PHBS di Kota Batu dari angka 59 persen, diharapkan bisa mendekati target 65 persen. Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya akan melakukan berbagai upaya.
Di antaranya seperti menggaungkan PHBS, mulai dari Germas, Puskesmas, Posyandu dan berbagai penyuluhan lainnya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan secara terus menerus, mengingat merubah perilaku masyarakat tidaklah gampang.
“Merubah perilaku tidak seperti mengobati, kalau mengobati orang panas 2-3 hari sembuh, sedangkan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak merokok ini susah sekali. Kalau dia tidak mengalami kesadaran sendiri, misalnya karena sakit. Untuk merubah perilaku kami lebih ke tindakan promotif dan preventif,” paparnya.
Meskipun tidak mudah, pihaknya sebagai insan kesehatan akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat. Dengan harapan angka PHBS semakin meningkat di Tahun 2024. (Ananto Wibowo)