Malang Post – Hingga saat ini, masih ada ratusan ribu pembina Pramuka di Jawa Timur, yang belum tersertifikasi.
Atau tepatnya berdasarkan data, saat ini ada 170 ribu pembina Pramuka belum tersertifikasi Hal itu menjadi tantangan untuk kegiatan Pramuka di Gugus Depan.
Pembantu Pembina Pramuka Penggalang dan Penegak, Ahmad Afifuddin, menegaskan hal tersebut, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (5/4/2024).
Kata Afif, sebagai pembina Pramuka, dirinya setuju dengan keputusan Kemendikbud Ristek, yang tidak mewajibkan Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib di sekolah.
“Karena selama ini yang menjadi tantangan bagi pembina, jumlah pembina yang terbatas. Khususnya pembina yang tersertifikasi dibandingkan jumlah siswa,” tandasnya.
Ketika jumlah pembina terbatas, tambah Arif, justru materi yang disampaikan bisa tidak maksimal dan tidak bermanfaat.
Sementara itu, Ketua Departemen Teknologi Pendidikan UM, Dr. Henry Praherdhiono, S.Si., M.Pd., juga mengaku setuju dengan keputusan Kemendikbud Ristek, yang tidak mewajibkan Pramuka, walaupun Pramuka memiliki banyak manfaat untuk peserta didik.
Menurut Henry, berbagai kegiatan Pramuka seperti jambore, punya banyak manfaat untuk peserta didik.
“Tapi perlu ada rebranding, agar peserta didik lebih tertarik dan menganggap Pramuka kegiatan yang menyenangkan,” tegasnya.
Selain itu, Henry juga menyarankan harus ada inovasi yang dilakukan dalam bidang Pramuka.
Karena jika inovasi tidak dilakukan, dikhawatirkan Pramuka bisa hilang dengan sendirinya ketika sudah tidak menjadi ekskul wajib, dengan sedikitnya peminatnya. (Anisa Afisunani – Ra Indrata)