Malang Post – Suplai air untuk sumber energi listrik coba terus dimaksimalkan PLN Nusantara Power UP (Unit Pembangkitan) Bantas mengantisipasi kemarau panjang tahun ini. Yakni, dengan melakukan pembebanan optimal dengan menerapkan TMC (teknologi modifikasi cuaca) GBG (Ground Base Generator).
Dikonfirmasi, Assistant Manager PLTA Sengguruh, Rahmad Andriansyah mengungkapkan, PLN Nusantara Power UP Brantas mencoba mengoptimalkan operasi unit pembangkit dengan suplai air yang ada.
Menurutnya, ini dilakukan dengan pembebanan optimal agar operasi pembangkit bisa lebih lama, dengan menerapkan TMC-GBG.
“Pada Nopember 2023, insyaAllah ada program yang disebut TMC (teknologi modifikasi cuaca) GBG (ground base generator). Saat ini, beban produksi dibuat beban 8 MW (Mega Watt), dan dengan TMC-GBG agar (pembangkitan) dapat beroperasi lebih lama dibanding kondisi saat ini sebelum pelaksanaan TMC,” terang Rahmad Andriansyah, Jum’at (20/10) sore.
Dikatakan, upaya ini sebenarnya merupakan program secara umum di Unit Pembangkitan Brantas. Khususnya, untuk suplai air di DAS (Daerah Aliran Sungai) Brantas.
Kondisi ketersediaan air di waduk Sengguruh dan Sutami, menurutnya saat ini mengalami penurunan debit airnya, dibanding saat musim penghujan.
Rahmad menjelaskan, secara umum prinsip kerja TMC GBG adalah dengan meluncurkan flare di ketinggian tertentu melalui tower, di saat ada potensi awan di area tersebut. Sehingga, akibat bahan dari flare tersebut, awan-awan yang ada berkondensasi dan berubah menjadi hujan.
Tower untuk teknologi TMC ini berada di sejumlah titik, sepeti di wilayah Tumpang, Wajak, dan Wagir Kabupaten Malang. Sisanya, berlokasi di kawasan UB Forest dan Panderman.
Dengan adanya hujan yang dihasilkan, maka potensi debit air sungai-sungai, khususnya yang mengarah ke sungai Brantas, dapat lebih besar untuk suplai produksi energi listrik.
“Teknologi modifikasi (TMC-GBG) ini semacam penyemaian awan, agar berkondensasi dan menjadi hujan. Harapannya juga, tentu dapat meningkatkan produksi karena debit air meningkat, untuk energi listrik lebih besar dan lebih lama,” jelas Rahmad.
Menurutnya, karakteristik waduk Karangkates dan Sengguruh sendiri berbeda. Di karangkates adalah waduk tahunan, sedangkan sengguruh waduk harian. Dan, kondisi waduk Karangkates saat ini ada di fase penurunan elevasi.
Ditambahkan Rahmad, TMC-GBG sendiri sudah diterapkan pada akhir musim penghujan 2022 lalu, tepatnya selama 7 sampai 26 Juni 2022. Saat itu, mampu menghasilkan peningkatan curah hujan sebesar 12,6 persen dibanding curah hujan historis.
Curah hujan yang dihasilkan ini menghasilkan kenaikan inflow pada Waduk Sengguruh dan Sutami. Dan, berdasarkan kapasitas produksi di PLTA Sengguruh, PLTA Sutami, PLTA Wlingi dan PLTA Lodoyo, diperoleh peningkatan estimasi produksi sebesar 5,9 GWH. (Choirul Amin)