Malang Post – Kota Malang memiliki sejumlah desa berusia ratusan tahun. Setelah Desa Gadang, ada Desa Merjosari yang berumur 807 tahun.
Bila traveler mengenal Malang sebagai destinasi wisata hits kekinian, sejatinya kota ini menyimpan banyak sejarah.
Kota ini pernah menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Singosari. Selain itu, jejak-jejak kolonial Belanda juga banyak ditemukan di sana.
Sebut saja Desa Gadang yang ternyata sudah eksis selama 638 tahun. Selain itu, baru-baru ini purbakalawan Suwardono dan Rakai Hino menemukan fakta terbaru.
Ada desa yang usianya lebih tua dari Gadang. Yaitu Desa Merjosari.
Desa Merjosari sekarang dikenal sebagai Kelurahan Merjosari di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Sebelum 1987, Merjosari merupakan desa di Kecamatan Dau. Mundur lagi pada masa pemerintahan Belanda.
Merjosari masuk dalam Onderdistrict Dau District Penanggungan Afdeling Malang sesuai dengan Staatblad no.16 tahun 1819.
“Berdasarkan pendapat yang diyakini, nama Merjosari ditafsir dan dihubungkan dengan kata ‘amrtajayasri’. Amerta sama dengan merto, sama dengan metro.”
“Karena kebetulan, Desa Merjosari dilewati oleh Sungai Metro. Pendapat ini diajukan Van der Meulen dalam tulisannya yang berjudul The Puri Putikesvarapavita and the Pura Kañjuruhan,” jelas purbakalawan senior Suwardono, Minggu (12/3/2023).
Mereka beberapa waktu lalu, menelusuri peninggalan cagar budaya di kawasan Merjosari. Mereka berpegang pada data kepurbakalaan di Museum Mpu Purwa. Serta informasi penduduk.
Didapati 12 titik temuan BCB (Bangunan Cagar Budaya) di Merjosari yang dapat diidentifikasi kembali.
Antara lain:
(1) Sepuluh batu umpak dan beberapa fragmen bata dan fragmen arca di Dukuh Candri, Jl Mertojoyo Barat (Barat Masjid Al Ikhlas).
(2) Arca Vyala Singa dan beberapa fragmen pondasi bata di Dukuh Sempol, Jl Mertojoyo Barat Dalam (Perum Dinoyo Residence).
(3) Dua batu Makara di Dukuh Gandul Merjosari, menurut laporan Belanda berada di pekarangan Pak Legimin, di sekitar Jl Joyo Pranoto Merjosari.
(4) Yoni berbentuk kubus polos diletakkan penduduk Merjosari di perempatan jalan di depan Kantor Kelurahan Merjosari.
(5) Yoni di belakang pos kamling Jl Joyo Utomo Gg IX, menurut catatan Belanda berada di sawah Mbok Ratemo.
(6) Yoni dan struktur bata kuno di Jl Mertojoyo kawasan Taman Singha, sekarang disimpan di rumah Pak Kibat (Hari Kurniawan).
(7) Arca Buddha dari perunggu di Kampus Uniga, Jl Mertojoyo Blok L.
(8) Situs pasidikan dengan fragmen pondasi bata dan fragmen arca belum jadi, di sekitar Jl. Joyo Suko Gg. II.
(9) Situs urung-urung (goa bawah tanah), di sisi timur Jl. Joyo Suko.
(10) Situs urung-urung (goa bawah tanah), di Jl. Joyo Tamansari I.
(11) Yoni di sawah Kasin-Merjosari.
(12) Batu lumpang di sawah Kasin-Merjosari.
Mereka beranggapan kawasan Merjosari di zaman lampau merupakan kawasan tempat suci.
Itu didasarkan pada prasasti Kertajaya atau prasasti Merjosari II yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D. 182. (M Abd Rahman Rozzi-Januar Triwahyudi-bersambung)