Malang Post – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang menyoroti kelangkaan minyak goreng (migor) di Malang raya. Ini banyak dikeluhkan ibu-ibu yang menduga ulah para tengkulak memainkan harga.
Beberapa waktu lalu, stok minyak goreng tergolong sulit ditemui. Padahal, salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan masyarakat untuk mengolah makanan.
Peristiwa ini seperti adanya panic buying atau pembelian dalam jumlah banyak yang dilakukan di berbagai daerah. Banyak pihak menuntut dan berbagai kebijakan pemerintah telah dilakukan. Misalnya, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).
Produsen juga telah mendistribusikan produknya dengan skala di atas kebutuhan. Biasanya 279-300 juta liter. Namun, kelangkaan minyak goreng tetap terjadi di kalangan masyarakat.
Ketua Umum HMI Cabang Malang, La Rian Hidayat mengatakan. ” Sebagai negara penghasil bahan baku minyak goreng terbesar di dunia, agak mengherankan jika masih terjadi kelangkaan di sebagian wilayah Indonesia termasuk di Malang raya.”
La Rian Hidayat, menambahkan kebutuhan ekspor minyak sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng terus meningkat. Terutama pada masa pandemi saat ini.
Sudah jadi rahasia umum, tapi dalam hal ini, kita terutama pemerintah, tidak boleh atau sengaja membiarkan para eksportir minyak dengan seenaknya menjual hasil produksinya keluar. Apalagi dengan dalih mendapatkan untung banyak.
“Pemerintah punya tanggungjawab untuk turut andil dalam menstabilkan harga minyak goreng sebagai kebutuhan pokok masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Pada waktu bersamaan, banyak pihak, mulai dari swasta hingga partai politik mengadakan bakti sosial. Disertai penjualan komoditas minyak goreng dengan harga murah.
Pertanyaannya: Darimana pihak-pihak tersebut mendapatkan minyak goreng dengan volume yang sangat banyak dan berlimpah?.
Ini patut dicurigai karena dapat mengindikasikan bahwa dibalik kelangkaan minyak goreng, bisa jadi ada oknum-oknum atau pihak-pihak tertentu yang bermain.
Sengaja memanfaatkan momentum kelangkaan minyak goreng untuk kepentingan pribadinya dan atau partainya. Agar dianggap oleh masyarakat sebagai dewa penyelamat dan pahlawan yang datang memberikan pertolongan dan jalan keluar.
Ketua Bidang Sosial dan Kesejahteraan HMI Cabang Malang, Ongki Sanjaya mengatakan. Dengan adanya kelangkaan dan mahalnya harga jual minyak goreng hari ini, sangat berdampak bagi keadaan sosial. Utamanya di masyarakat Malang raya.
Masalah ini dapat membuat kesejahteraan masyarakat kecil semakin menurun. Apabila hal ini tetap dibiarkan, akan membuat permasalahan masyarakat semakin parah.
Berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah. Namun tetap sulit menemukan minyak goreng. Maka pemerintah harusnya turut menyelidiki sumber dari pihak-pihak tersebut dalam mendapatkan minyak goreng.
Bisa jadi sebagian dari mereka adalah aktor yang terlibat dalam penimbunan minyak goreng. Karena dengan begitu mudahnya mendapatkan minyak goreng.
Pemerintah harus lebih tegas dan transparansi lagi, utamanya dalam tata cara pendistribusian minyak goreng. Mengatasi masalah penimbunan minyak goreng dalam jumlah yang besar seperti yang terjadi di Sumatera Utara.
Terlebih lagi pemerintah harus menindaklanjuti terkait kebocoran minyak goreng yang dijual ke industri dan diekspor ke luar negeri karena harga pasar global lebih tinggi.
HMI menyerukan semua pihak, terutama pemerintah bersama dengan tulus dan ikhlas memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia. Karena bagaimanapun juga masyarakat adalah subyek utama yang harus disejahterakan kehidupannya.
“Jangan ada lagi yang dengan sengaja atau bermain-main diatas penderitaan masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (yon/yan)
BalasTeruskan |