AMEG – Bisa jadi belum banyak yang tahu jeruk unik bernama Dekopon. Buah asli Jepang itu hadir pertama kali di Indonesia pada 2016. Budidaya pertama kali dilakukan Pemda Bandung melalui DN Sabilulungan.
Sayangnya jeruk berciri khas mahkota di bagian kepala itu belum terlalu familiar di masyarakat. Faktor utamanya, masih jarang petani yang membudidayakan. Selain itu varietasnya masih baru.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropis (Balijestro), Herwanto, mengatakan, saat jeruk itu pertama kali masuk Indonesia, pihaknya hanya mengambil 300 mata tempel dari Jepang. Setelah itu ia mengembangkan sendiri.
“Jeruk unik ini berukuran besar. Bahkan untuk satu kilogramnya, hanya diisi 3 buah jeruk Dekopon saja. Kualitas buah yang baik dengan rasa manis sedikit masam, dinilai menjadi nilai tersendiri,” terang Herwanto.
Keunggulan lain dari jeruk ini bisa berbuah sepanjang musim. Karena itu, metode Bujangseta (buah berjenjang sepanjang tahun) cocok diterapkan untuk jeruk ini. Pohon akan mampu berbunga dan berbuah secara bersamaan sepanjang waktu.
Saat ini, di Indonesia, benih jeruk Dokopon mulai disebarluaskan. Sayangnya di Kota Batu hanya ada beberapa petani saja yang mencoba peruntungan budidaya jeruk Dokopon.
Saat ini benih ilegal jeruk itu banyak ditemui di petani. Padahal sangat dilarang keras. Menurutnya, petani harus membeli benih berlabel untuk mendapatkan hasil maksimal. Karena benih legal sudah dipastikan bebas dari penyakit.
Jika pohon sehat, produksi akan selalu konsisten. Sebaliknya, bila pohon terserang hama, hasil yang didapat tidak bisa maksimal. Alasan lainnya, masa produktif benih berlabel lebih panjang dibanding benih abal-abal.
“Umur pohon dengan benih ilegal hanya bisa bertahan 5 tahun. Tapi, benih berlabel bisa produktif hingga 20 tahun. Itulah yang menjadi alasan tetap dilakukannya kampanye untuk penggunaan benih legal,” katanya.
Penjagaan kualitas dan varietas buah menjadi hal penting didalam pembudidayaan jeruk. Karena penurunan kualitas akan berpengaruh juga pada dampak ekonomi para petani.
Ia berharap, jeruk unik bukan dipergunakan sebagai kesenangan semata, namun juga bisa memiliki nilai ekonomi. Pemenuhan pengadaan jeruk menjadi impian untuk menyokong swasembada pangan.
Mengingat, pengadaan barang yang masih kurang dari petani lokal. Menyebabkan impor masih dilakukan hingga kini. “Buah ini sebenarnya juga memiliki segment pasar luas. Tapi baru beberapa saja yang bisa membaca peluang itu,” tandasnya.