Malang – Pergerakan tanah terjadi di Dusun Nganten, Desa Tulungrejo, Ngantang. Jumat lalu, awalnya terdampak empat rumah. Sabtu sore bertambah. Ini terjadi di Dusun Nganten RT 22 RW 09. Kini totalnya 17 rumah dengan warga terdampak 55 jiwa lebih.
Retakan di rumah warga bervariasi. Ada yang di halaman depan atau di dalam rumah. Ubin lantai pecah, bahkan dinding rumah. Ini telah dimonitor BPBD, PMI dan Tagana Kab Malang. Petugas mengkaji shelter tenda pengungsian bagi warga.
Sutaji, koordinator Tagana Malang Barat, juga menerima informasi perangkat desa, 20 KK terdampak. Pada 5 Februari 2014 juga terjadi. Lokasinya di perbukitan. Tebingnya bisa mencapai 45 derajat. Jika tanah gerak, warga paham dan segera mengungsi.
“Teman poslap masih memantau lokasi. Mengkaji di lapangan. Kami sudah siapkan tenda, jika dibutuhkan. Sementara ini, tiga KK terdampak mengungsi mandiri ke rumah kerabatnya saat malam hari,” sebut Kalaksa BPBD Kab Malang, Sadono Irawan, Selasa (16/2).
Warga paham dengan kondisi tanah yang sering gerak. “Karena di dusun Nganten memang sejak dulu sudah ada potensi tanah gerak. Dulu rumah masih klenengan, jadi dampaknya tidak signifikan,” urainya.
Sebagai antisipasi, sejumlah personel gabungan dari Pemdes serta masyarakat, melakukan pemantauan di lokasi berkala 24 jam. “Selain itu pada malam hari, masyarakat sekitar juga tidak diperbolehkan untuk beraktifitas di lokasi tersebut,” imbuh Sadono.
Pihaknya juga menyiapkan titik pengungsian. Sudah dilakukan kajian dan pemetaan, titik mana saja yang bisa pakai. “Masih kita kaji untuk lokasinya. Masih dipetakan. Karena tentunya harus titik yang benar-benar aman. Menyesuaikan karakter dan kondisi masyarakat,” pungkasnya.
BPBD Kab Malang tetap mengimbau masyarakat, agar tetap waspada akan kemungkinan terjadinya bencana. Tidak hanya di Tulungrejo. Tapi daerah lain, dengan potensi bencana masing-masing.
“Ya tetap harus waspada. Tidak hanya di Tulungrejo. Tapi juga di daerah lain. Kalau yang di daerah tebing ya waspada longsor. Kalau daerah yang dekat dengan aliran sungai, tentu yang diwaspadai adalah banjir,” ujar Kepala BPBD, Bambang Istiawan.
“Personel BPBD ada dua shift. Satu shiftnya enam orang. Di pos pantau Ngantang. Mereka tidak harus keliling. Dibantu rekan-rekan relawan. Alat berat masih disiagakan di sana. Di jalan menuju Kediri. Itu yang dari provinsi,” pungkas Bambang. (riz/jan)