Malang – Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Harapantua Simarmata Permata, terjun langsung ke Klenteng Eng An Kiong Malang. Bersama anggotanya, Kapolresta Leo memantau sekaligus mengamankan perayaan Tahun baru Imlek 2572 Kongzili yang jatuh pada Jumat (12/2).
Menurut Kapolresta Leo, perayaan Imlek di klenteng itu sudah cukup memperhatikan protokol kesehatan (prokes), termasuk fasilitasnya.Perayaan Imlek tahun ini sangat berbeda dengan tahun lalu. Ia bercerita bahwa telah merasakan nuansa Imlek dua kali di Kota Malang, dan itu sangatlah berbeda.
“Tahun 2020 banyak sekali yang melaksanakan Imlek disini. Sekarang sangat minim,” ujarnya.
Leo mengaku telah mengerahkan anggotanya untuk melakukan pengamanan sejak Kamis (11/2) dan hasilnya memang tidak ada keramaian di perayaan Imlek tahun ini.
“Tadi malam kami sudah melakukan pengamanan juga dengan Kodim, mungkin sudah dilakukanworo-woro oleh pihak klenteng,” jelasnya.
Polisi melakukan pemeriksaan terhadap setiap bagian klenteng bersama pengurus. Mereka yang datang di klenteng hanya sekitar 30 orang sesuaidengan daftar hadir yang disiapkan pengurus Klenteng.”Tadi kami sudah cek ke dalam dan sepi tidak ada orang,” tukasnya
Tahun ini kegiatan seperti barongsai dan tradisi makan cap gomeh juga ditiadakan oleh klenteng. Karena apabila diadakan pasti akan membuat kerumunan, sehingga dikhawatirkan dapat memicu penyebaran Covid-19.
“Dari pihak klenteng juga khawatir kalau diadakan barongsai malah mengumpulkan banyak orang. Apalagi kita masih melaksanakan PPKM mikro, sehingga hanya mengadakan acara dan tradisi (sembahyang) untuk internal klenteng saja,” kata Leo.
Halim Tobing selaku Ketua Majelis Agama Konghucu saat ditemui menjelaskan, ditiadakannya barongsai tahun ini karena dapat mengundang kerumunan massa. Karena itu pertunjukan barongsai diganti dengan pengesahan Leongsai sebagai wujud doa restu kepada Tuhan.
Halim berharap pada Tahun 2572 dengan shio Kerbau logam ini, kita selalu memperbarui diri dengan permulaan yang baru, kemudian tidak takut berjuang baik di situasi pandemi ini, maupun keadaan ekonomi yang terbilang sulit seperti saaat ini.
Kondisi serupa terjadi di Klenteng Kwan Im Tong Kota Batu. Tak ada pertunjukan barangsai.
Tak hanya itu saja. Penurunan jumlah umat yang bersembahyang di klenteng juga sangat terasa. Terutama untuk umat yang berasal dari luar kota. Bisa dikatakan sangat sedikit sekali.
Penurunan umat yang bersembahyang ini salah satunya ditengarai karena umat klenteng Kota Batu sudah berusia lanjut. Ditambah lagi ada pandemi, sehingga, mereka berpikir ulang untuk beribadah di klenteng.
Terhitung pada perayaan Imlek tahun ini Jumat (12/2) hanya ada sekitar 13 umat yang bersembahyang di klenteng. Didominasi umat dari Kota Batu serta beberapa umat dari Malang.
Pengurus Klenteng Kwan Im Tong Kota Batu, Handy Wijaya, menjelaskan untuk umat yang bersembahyang tepat di perayaan Imlek ini jumlahnya masih biasa-biasa saja. Yang jelas tidak sebanyak pada tahun lalu ketika sebelum ada pandemi.
Mengenai pembersihan patung-patung dewa, rupang, dan altar telah dilakukan sepekan sebelum perayaan Imlek. Pembersihannya juga tidak asal-asalan. “Sebelum dibersihkan, malam sebelumnya telah dilakukan persembahyangan terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk meminta izin. Selain itu ketika dalam proses pembersihan juga tak boleh dilakukan secara sembrono,” terangnya.
Di Klenteng Kwan Im Tong ini terdapat patung Dewi Kwan In bertinggi 70 cm. Patung ini merupakan patung utama di klenteng itu. Bahkan, patung Dewi Kwan In itu usianya sudah lebih dari 100 tahun.(dmp)
>>>>Simak Video Perayaan Imlek di Kota Malang