Bondowoso – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Bondowoso meningkat pada tahun 2020. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes), tercatat sebanyak 19 kasus atau 177,4/100.000 kelahiran hidup.
Sedang kematian anak sebanyak 168 kasus atau 15,6/1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019, kematian ibu berjumlah 14 kasus (129,2/100.000 kelahiran hidup) dan kematian bayi sebanyak 155 kasus (14,3/1000 kelahiran hidup).
Kepala Dinkes, M Imron menuturkan, penyebab kematian ibu terbanyak, akibat pendarahan dan keracunan kehamilan. Masing-masing jumlahnya 5 kasus.
Sedang kematian pada bayi, dipicu masalah kesehatan. Paling banyak penyebabnya, karena berat badan lahir rendah di bawah 2,5 kilogram dengan 83 kasus. Kemudian, disusul Asfiksia sebanyak 29 kasus.
Rentang usia kematian bayi antara 0-11 bulan 29 hari. Paling banyak pada masa Neonatal atau 0-6 hari, yakni 110 kasus.”Penyebab lain diantaranya, kelainan bawaan, infeksi, pneumonia, dan diare,” terangnya.
Imron membenarkan, salah penyebabnya adalah minimnya jumlah tenaga kesehatan yang bertugas menolong persalianan. Sarana prasarana persalianan di Puskesmas dan RSUDjuga masih perlu dilengkapi. “Kalau di rumah sakit sarana prasarana yang kurang utamanya untuk penanganan berat badan lahir (BBL),” paparnya.
Disisi lain, masyarakat Bondowoso masih mempercayakan dukun untuk menangani persalinan. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat.Dengan demikian, program ‘Stop Berduka’ (Sinergi Total Pencegahan Bersalin di Dukun Bayi dan Selamatkan Ibu), untuk menekan AKI dan AKB, terbilang gagal.
Untuk Informasi, 24 Januari 2018, Dinkes Bondowoso me-launching program “Stop Berduka” di Aula Ijen View Hotel. Program itu sebagai upaya pemkab menekan angka kematian ibu dan bayi yang relatif masih tinggi. (pan/zai/ekn)