Jakarta – Setelah libur panjang natal dan tahun baru yang lalu, terjadi kenaikan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Sejak awal pandemi hingga Rabu (27/1) jumlahnya menjadi 1.024.298 pasien.
Dampaknya, Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 63,66 persen. Secara nasional ketersediaan tempat tidur bagi pasien positif Covid-19 masih ada. Hanya saja apabila dilihat secara kota per kota, seperti di Provinsi DKI Jakarta dan Banten, BOR telah mencapai di atas 80 persen.
Mengatasi situasi tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengizinkan seluruh rumah sakit di Indonesia -termasuk rumah sakit swasta- untuk membuka layanan pasien Covid-19. Sejauh memenuhi standar Kemenkes dan memiliki sarana dan fasilitas memadai. Sampai kini sudah tercatat lebih dari 1.600 rumah sakit yang membuka layanan bagi pasien Covid-19.
‘’Khususnya rumah sakit yang berada di zona merah, diinstruksikan untuk menambah atau mengalihfungsikan tempat tidur minimal 40 persen, untuk ruang isolasi pasien Covid-19 dan 25 persen untuk ruang ICU. Untuk rumah sakit yang berada di zona kuning, diinstruksikan mengalih fungsikan tempat tidur sebanyak 30 persen dan ICU 20 persen. Untuk zona hijau, diharapkan mengalih fungsikan 25 persen dan penambahan ICU 15 persen,’’ terang Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K), MARS, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes.
Prof. Abdul Kadir mengatakan, peningkatan kapasitas perlu dilakukan, seiring peningkatan pasien pasca libur natal dan tahun baru. Karenanya dianjurkan agar semua rumah sakit sedapat mungkin mengantisipasi, dengan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
‘’Rumah sakit di bawah Kemenkes, terjadi penambahan hampir 2.000 tempat tidur, atau peningkatan tempat tidur pasien Covid-19 dari 17 persen menjadi 38 persen dari semua rumah sakit tersebut,’’ tambah Prof. Abdul Kadir.
Meski begitu, Prof. Abdul Kadir mengatakan, penambahan kapasitas ini tidak permanen. Dia mengharapkan dalam waktu paling lama satu bulan, akan terjadi penurunan jumlah kasus positif usai lonjakan di awal tahun ini.
‘’Antisipasi yang dilakukan Pertamedika adalah membuat permodelan setiap tiga bulan sekali. Mulai dari penambahan tempat tidur dan penambahan ICU. Sehingga sejak November 2020 kita sudah memodelkan penambahan hingga Januari 2021 ini,’’ kata Dr.dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K), MPH, Direktur Utama Pertamedika.
Sejak Maret 2020, rumah sakit di bawah Pertamedika telah mengalih fungsikan 30 persen tempat tidur untuk pasien Covid-19, dan ICU bertambah 25 persen. ‘’Jadi sekarang ini kami mengoperasionalkan lebih dari 3.450 ruangan isolasi pasien COVID-19 dan dan ICU Covid-19 sebanyak 512,’’ terang Dr. Fathema.
Pertamedika juga bekerjasama dengan rumah sakit baru yang memiliki kapasitas namun belum beroperasional sepenuhnya dalam menangani pasien Covid-19.
‘’Contoh kerjasama dengan RS Universitas Krida, yang memberikan kontribusi penambahan 240 tempat tidur dan ditambah 1.100 tempat tidur, safe house, dan hotel yang kami kelola untuk kasus ringan dan OTG,’’ tambah Dr. Fathema.
‘’Pembayaran Kemenkes sudah berjalan lancar. Sejauh ini kita sudah melakukan pembayaran hampir Rp 15 triliun kepada 1.683 rumah sakit,’’ imbuh Prof. Abdul Kadir.
Hal ini juga dibenarkan oleh Dr. Fathema. ‘’ Secara umum pembayaran Kemenkes dan verifikasi BPJS cukup lancar. 50 persen biaya perawatan di depan oleh Kemenkes pada rumah sakit dilakukan dengan sangat baik,’’ terangnya.
Selanjutnya Dr. Fathema optimistis, tahun 2021 Indonesia berkesempatan pulih dengan cepat. ‘’Karena kita sudah masuk program vaksinasi ditambah 3M dan 3T sehingga kita bisa berlari mengambil kesempatan untuk memutus pandemi Covid-19 ini,’’ ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Abdul Kadir mengatakan. ‘’Semua strategi mulai dari penegakan 3M dan 3T harus benar-benar dijalankan. Mudah-mudahan dengan program vaksinasi yang sedang kita lakukan melengkapi usaha kita dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 ini,’’ tutupnya. (rdt)