Malang – Berdasarkan data Kemenkes RI, setidaknya ada tujuh klaster baru covid yang menyumbangkan angka terinfeksi signifikan akhir-akhir ini. Klaster dimaksud adalah: Klaster wisata (dampak liburan panjang kemarin), Klaster LP (lembaga pemasyarakatan), Klaster perkantoran, Klaster pilkada (akibat kampanye dan indisipliner jaga jarak), Klaster family (keluarga), Klaster Demonstran (demo omnibus Law di berbagai daerah) dan pondok pesantren.
Ini memprihatinkan semua pihak. “Saya pribadi prihatin atas adanya realita ini. Kita harus bergerak bersama untuk mengatasinya,” tandas Penanggung Jawab Satgas Covid–19 PC NU Kabupaten Malang dr Umar Usman MM. Berikut ini solusi disampaikan Kepala RSUD Kota Malang kepada Harian DI’s Way Malang Post.
Jumlah kasus penyebaran covid-19 di tempat kerja terus meningkat dua bulan terakhir. Perkantoran menjadi klaster baru, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Akhir Juli 2020, ada 329 kasus positif di tempat kerja di wilayah ibu kota. Per 18 September 2020, jumlahnya melonjak menjadi 3.412 kasus, dengan rincian 1.223 di kantor kementerian, 639 di kantor swasta, 625 di lembaga negara, 601 di kantor Pemda DKI, dan sisanya 324 di pasar dan swalayan.
Penularan virus di dalam keluarga berdampak buruk bagi kelompok usia rentan. “Di rumah itu ‘kan ada anak-anak kecil dan orangtua yang berpotensi untuk sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi. Klaster keluarga muncul lantaran ada salah satu anggota keluarga yang terpapar Covid-19 di luar rumah, lalu menularkan virus ke orang rumah,” terang dr Umar.
Sementara itu, sebanyak 20 demonstran dinyatakan reaktif setelah rapid test di Polresta Malang Kota. Saat itu, ribuan demonstran memadati kawasan Balai Kota Malang dan Gedung DPRD. Mereka bergerombol dan mengabaikan protokol kesehatan. Sehingga, para demonstran memiliki resiko yang cukup tinggi untuk tertular.
Pada bagian lain, kekhawatiran juga muncul pada sektor wisata. Kota Malang diserbu pelancong. Selama masa liburan panjang, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Malang mengimbau seluruh wisatawan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Untungnya Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Malang, dr Husnul Muarif sudah mengingatkan untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan manakala beraktivitas di luar ruangan,” terang dr Umar.
Kasus positif Covid-19 bertambah 4.065 menjadi 425.796 di Indonesia. Pasien sembuh bertambah 3.860 menjadi 357.142. Pasien meninggal bertambah 89 menjadi 14.348. Sebelumnya pada Rabu (4/11/2020), jumlah kasus positif virus Corona tercatat 421.731 kasus, sembuh 353.282 dan meninggal 14.259 kasus.
“Politik itu terkait dengan kebijakan. Nah kebijakan ini dapat bermanfaat buat penanganan covid-19. Kebijakan politik inilah yang menjaga kelangsungan manajemen suatu Pemerintahan Daerah dalam menanggulangi pandemi ini,” tutur dr Umar.
Melalui kebijakan politik, regulasi penanganan bisa dijalankan simultan, efektif-efisien, holistik dan tepat sasaran. “Regulasi itu dapat dipergunakan semisal memanajemeni penempatan petugas medis dalam penanganan covid. Termasuk mengenai anggaran penanggulangan,” imbuh dr Umar.
Dua hal terkait solusi penanganan dan pencegahan, yakni langkah promotif dan preventif. Terkait obat-obatan yang juga direferensikan dapat menyembuhkan, Umar mengatakan, pemilihan obat merupakan drugs of choice yang harus masyarakat pilih. Karena memang sampai saat ini masih belum ada obat secara resmi yang dapat menyembuhkan.
“Memang kenyataannya belum ada obat. Banyak juga kita diberikan referensi beberapa obat ini dapat menyembuhkan. Tetapi apakah betul-betul menyembuhkan? Apakah itu drugs of choice yang menjadi pilihan. I tu belum ada yang meyakini. Sehingga yang efektif adalah di promotif dan preventifnya,” terang dr Umar.
Banyak sekali yang harus dipersiapkan untuk pencegahan penyebaran. Untuk menangani pasien pun terdapat SOP (Standard Operational Procedure) yang harus dilakukan. Dimulai dengan penggalian informasi riwayat perjalanan dan keluhannya seperti apa. Setelah digali, seorang pasien akan diperiksa fisiknya. Apakah sesuai dengan yang diceritakan. Setelah itu, dibantu dengan alat-alat penunjang untuk mengetahui penyakit seseorang ini. Mulai dari alat di laboratorium, rontgen, USG, CT Scan dan lain-lain sebagai alat mempertajam analisa medis.
Setelah itu dipilihlah pemecahan masalah yang pas dengan kondisi seorang pasien. Akankah dengan menggunakan obat atau sebuah cairan. Hal itu yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi fisik pasien.
“Itu juga yang akan kita terapkan dalam menangani Kabupaten Malang. Lebih-lebih dalam masa pandemi. Kita berharap penanganan pandemi ini secara holistik,” pungkas dr Umar. (jan)