Malang – Penjajahan abad ini tidak perlu lagi ada sebuah gerakan invasi pasukan militer melakukan pendudukan suatu wilayah negara. Penjajahan abad cukup menggerakan sebuah idea, ideologi, nilai nilai, dan juga gerakan kebergantungan (ekonomi) suatu negara dengan negara yang lain.
Entitas negara dan juga warga negara didalamnya tanpa sadar dibawa satu arus yang menjadikan makin jauh dengan nilai nilai budayanya sendiri. Kehilangan kebanggaan diri, lebih suka mengkiblatkan diri pada nilai dan pandangan luar daripada nilai nilai adiluhung budaya bangsanya. Independensi (kemandirian) berganti interdependesi (kebergantungan).
“Memperingati Hari Pahlawan 10 November, harus kita jadikan momentum untuk membangkitan serta terus memupuk spirit kemandirian dan kebangkitan ekonomi bangsa, ekonomi Nusantaran dan itu pasti berakar dari ekonomi lokal yang begitu kaya ada di lintas kota dan kabupaten se Indonesia,” kata Walikota Malang, Sutiaji dalam merefleksi Hari Pahlawan tahun 2020.
Momentum ini terkait erat dengan kondisi bangsa yang terpuruk karena hantaman pandemi Covid-19. Dampaknya tidak hanya krisis kesehatan hingga kemanusiaan (nyawa), namun kini sudah berada pada krisis ekonomi. Tidak bisa tidak, kita harus menggerakkan simpul-simpul ekonomi. Gas dan rem sebagaimana dipesankan oleh Presiden Jokowi harus bisa dilakukan oleh setiap kepala daerah.
“Inilah uji leadership (kepemimpinan) karena diperlukan keberanian, dan tidak terjebak serta berkutat pada pemikiran konfrontatif antara mendahulukan penanganan Covid-19 ataukah aspek ekonomi. Membangun harmonisasi guna menggapai equlibrium di antara keduanya akan menjadi katalisator kita agar tak semakin terpuruk dalam pusaran resesi,” tegas Pak Aji, demikian Walikota Malang akrab disapa.
Rem Pergerakan Covid-19
Kata kuncinya hanya satu. Yakni kedisiplinan. Disiplin menggunakan masker, disiplin jaga jarak, dan disiplin cuci tangan. Ini harus jadi pembiasaan dan jadi kebutuhan sehari-hari. Kontrolnya ada pada diri kita masing masing.
“Dan, saya perlu sampaikan terima kasih karena semakin ke sini, kesadaran bermasker bisa dikatakan sudah menembus di angka 90 persen. Tentu ini juga jangan melengahkan, tetap cermat, pada setiap beraktivitas untuk membiasakan cuci tangan dan atau menggunakan hand sanitizer. Jangan karena hal sepele, kita tidak atau belum membersihkan tangan, kita tanpa sadar mengusap wajah atau membersihkan/menyentuh hidung, yang itu menjadi perantara virus,” papar Sutiaji mengingatkan.
Sutiaji juga perlu mengingatkan untuk terus waspada pada setiap interaksi komunitas sosial yang ada. Karena, kita juga tidak bisa terus tenggelam dan menutup diri di rumah masing masing. Sebagai makhluk sosial, raga dan jiwa kita memerlukan untuk bertemu satu dengan yang lainnya dalam berbagai aktivitas. Namun, sebagai makhluk Allah yang dibekali oleh pikir, maka kita dituntun untuk berikhtiar dan mampu bertindak secara bijak.
Atas dasar itu, saya ingin ajak, pada situasi seperti saat ini kita bangun langkah preventif, bahwa pada dasarnya setiap orang berpotensi untuk menjadi media perantara masuknya virus. Apalagi, pada kategori OTG (Orang Tanpa Gejala) yang itu bisa jadi ada di sekitar kita. Maka yang paling baik, adalah meminimalisir berlama-lama pada sebuah kerumunan orang. Senantiasa memperhatikan jarak komunikasi atau potensi sentuhan fisik terhadap orang orang asing atau yang baru kita kenal. Demikian diingatkan Ketua Gugus Tugas Covid 19 Kota Malang ini.
“Perlu saya garis bawahi, bahwa pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan itu satu kesatuan tindak. Tidak bisa berdiri sendiri sendiri,” ujar Walikota Malang yang penghobi olahraga bulu tangkis tersebut.
Gas Ekonomi
“Saya termasuk bukan kelompok yang terlalu mainstream atas labeling pemberian (warna) zona Covid-19 pada sebuah daerah. Pemberian zona bisa menjebak satu daerah (Kepala Daerah, red) untuk sekadar mengejar rapor itu, apalagi kalau ada stimulus dana penanganan pengendalian covid hanya berdasar parameter tersebut, ” kata Sutiaji kala mengawali uraian langkah Kota Malang dalam menggeliat ekonomi daerah di tengah pandemi.
Selanjutnya bagaimana “gas ekonomi” bisa dilakukan konstan di masa pandemi, menurut Sutiaji bisa dibangun dengan mengawinkan antara virus disiplin dengan imun bahagia. Virus disiplin yang dimaksud Pak Aji adalah gerak 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Adapun imun bahagia, dinyatakannya sebagai membuka ruang bagi setiap orang untuk mulai dapat beraktivitas dan bekerja.
“Keterkungkungan bisa berujung pada depresi, yang itu rentan pada sisi kejiwaan pun kesehatan. Pada skala ekstrim, kehilangan imun bahagia, justru menyebabkan orang akan menabrak dan melanggar aturan (kedisiplinan). Karenanya kala pemerintah mengeluarkan kebijakan refocussing, saya (Pemkot Malang, red) tetap mempertahankan beberapa program kegiatan infrastruktur karena itu akan menstimulus pergerakan ekonomi lainnya,”urai Sutiaji.
Hal lain untuk tetap bisa meng “gas” ekonomi daerah (Kota Malang) adalah melakukan transformasi pola transaksi dagang dari pola konvensional (pembayaran tunai dan temu langsung penjual dengan pembeli) menuju pola online dan cash less.
Pemkot Malang telah mendorong masyarakat untuk belanja secara online di pasar tradisional di era pandemi yang tambahan positif-nya masih terus berlangsung dengan konsep Pasar Rakyat Online sebagai implementasi Malang 4.0 yang ada dalam the future of Malang.
Pasar Rakyat Online sendiri, kini terus berkembang dengan hadirnya lapak umkm on line sehingga para pelaku IKM dan UMKM masih tetap bisa aktif melakukan transaksi meski hanya tinggal di rumah,”ujar Pak Aji.
Menurutnya, pertumbuhan transaksi online di Kota Malang sangat signifikan, terutama makanan siap saji. Ini pula yang membuat Sutiaji optimistis pertumbuhan ekonomi Kota Malang masih berada pada garis positif.
Setidaknya ada yang 10 pasar tradisional yang bisa diakses lewat website untuk transaksi, yakni Pasar Dinoyo (Https://s.id/pasardinoyo), Pasar Blimbing (Https://s.id/pasarblimbing), Pasar Tawangmangu (Https://s.i/pasartawangmangu), Pasar Sukun (Https://s.id/pasarsukunmalang), Pasar Bunul (Https://s.id/pasarbunul), Pasar Oro-Oro Dowo (Https://s.id/pasarood), Pasar Sawojajar (Https://s.id/pasarsawojajar), 8. Pasar Madyopuro (Https://s.id/pasarmadyopuro), Pasar Mergan (Https://s.id/pasarmergan), dan Pasar Klojen (Https://s.id/pasarklojenmalang).
Kuatnya ekonomi berbasis on line, juga terpotret dari transaksi Qris di wilayah kerja BI Malang. “Sebesar 70 persen di-back up dari Kota Malang,”info Kepala Perwakilan BI Malang, Azka Subhan Aminurridho.
Support terhadap event-event ekonomi kreatif dan UMKM yang berbasis online serta penguatan literasi keuangan, juga diberikan BI Malang dan juga OJK Malang. Dikatakan Azka, keberadaan BI di daerah memang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk Kota Malang, yang menurutnya mampu berperan sebagai “backbone” (tulang punggung) ekonomi Jawa Timur.
Langkah kebijakan Walikota Sutiaji dan Wawali Sofyan Edi Jarwoko untuk ngegas ekonomi, juga mendapatkan dukungan dari komunitas. Salah satunya dari komunitas MalangGleerrr. Seperti diutarakan salah satu penggiat komunitas ini, Wahyu Eko Setiawan, cara paling mudah, cerdas dan elegan untuk mengalahkan semua produk dari luar negeri, khususnya dikaitkan spirit kemandirian adalah: Beli Produk Dalam Negeri.
Diutarakannya, ikut berpartisipasi membangun sebuah daerah (Kota/ Kabupaten), sekarang caranya sudah semakin sederhana. Yang paling mudah, belilah produk-produk asli hasil dari daerah itu. Misal, kalau mau ikut membangun daerah Kota Malang, maka belilah produk-produk asli dari Kota Malang.
Dengan melakukan hal tersebut, maka kita bisa membantu para pelaku usaha di Kota Malang untuk terus produktif dan berinovasi. Pendapatan warganya semakin meningkat, maka kesejahteraannya bisa semakin meningkat. Pemerintahnya bisa mendapatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari berbagai sumber secara koordinatif, inovatif dan partisipatif.
Pemerintah pusat sendiri sudah mulai menggerakkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dalam RAPBN 2021, anggaran yang disediakan untuk PEN adalah sebesar 356,5 Triliun Rupiah. Dari total anggaran tersebut, yang khusus dialokasikan untuk anggaran dukungan kepada UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah sebesar Rp 48,8 triliun. Yang akan diberikan melalui skema kredit usaha rakyat (KUR), Pembiayaan UMKM, Stimulus Permodalan, Penjaminan serta penempatan dana di perbankan untuk memperkuat daya dukung pengembangan ekosistem UMKM secara nasional. Selain itu, dalam Program PEN juga ditekankan pada berbagai kegiatan, anatara lain: (1) Peningkatan Kualitas SDM UMKM; (2) Transformasi Digital 4.0 bagi seluruh UMKM di Indonesia; dan (3) Optimalisasi Inovasi Usaha Berbasis Bahan Baku Lokal.
“Dan kami di Kota Malang, tidak berdiam diri. Bahkan, kami dengan spirit pentahelix sudah bergerak, melalui penguatan IKM dan UMKM. Bahkan, ada satu kampung di Kota Malang, yang dalam pemenuhan kebutuhan sehari harinya, transaksinya bergerak di antara mereka sendiri, sehingga putaran uang dan ekonomi terus terbangun,” papar Sutiaji.
Ayo Kita Bumikan Nilai Kepahlawanan dengan Spirit Kemandirian. Dari Kota Malang, untuk Indonesia dan Dunia.