Malang – Pemilihan presiden Amerika Setikat masih ramai diperbincangkan publik. Dua hari pasca pilpres, belum juga bisa diketahui siapa yang akan memimpin negara itu untuk empat tahun ke depan.
Situasi tersebut juga dikomentari negara-negara sekutu maupun musuh Amerika, seperti yang dilaporkan VOA. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif misalnya yang mengatakan era “hegemoni Barat telah berakhir.”
Dalam kunjungan ke Venezuela hari Kamis (5/11), Zarif sebaliknya memuji Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang menolak kampanye yang dikoordinasi Amerika untuk menggulingkannya.
“Amerika tidak lagi bisa mengontrol apa yang terjadi di dunia atau menunjukkan kepada negara-negara lain cara melindungi hak-hak warga,” cetus Zarif.
Iran dan Venezuela telah memang menjadi sekutu. Hal ini karena pemerintahan otoriter Maduro berhasil melewati sanksi keuangan yang melumpuhkan dan isolasi internasional. Sebaliknya Maduro, yang dihadapkan pada runtuhnya industri minyak, beralih ke Iran untuk membeli bahan bakar guna memasok kebutuhan rakyatnya.
Maduro mengatakan ia mengikuti jalannya proses pemilu di Amerika. Dengan nada mencemooh ia menyebut negaranya mengutuk keinginan Amerika untuk memberi pelajaran demokrasi.
“Kami tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Amerika, karena kami selalu menolak dan mengutuk keinginan Amerika untuk memberi pelajaran demokrasi,” ujarnya.
Sementara itu di Iran, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, siapa saja yang menjadi presiden Amerika berikutnya, ia harus lunak kepada Iran.
“Trump dengan kejam meningkatkan sanksi bahkan semasa pandemi virus corona. Mereka tidak berkomitmen pada prinsip apa pun. Tidak pada prinsip kemanusiaan, tidak pada HAM, dan juga tidak pada hukum dan aturan internasional,” kata Rouhani.
Sementara di Moskow, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov pada Kamis, mengatakan ketidakpastian dalam politik Amerika akan menuai konsekuensi negatif pada urusan dunia dan memengaruhi ekonomi global.
Di Perancis, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian hari Kamis mengatakan siapa pun yang memenangi pemilihan presiden Amerika, Eropa tidak akan kembali ke situasi di mana hubungan trans-Atlantik berjalan baik.
“Eropa telah keluar dari kenaifannya dan mencoba bertumpu pada kekuatan tersendiri, alih-alih mengandalkan dukungan Amerika.” Ujarnya.
Le Drian juga menggambarkan pemilu Amerika sebagai momen bersejarah, dalam hal ketegangan dan jumlah pemilih.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab justru optimis hubungan negaranya dengan AS akan semakin kuat.
“akan semakin kuat, siapa pun calon yang terpilih.” Katanya. (voa/anw)